El Molo, yang dikenal sebagai pemburu Laut Giok adalah salah satu dari lebih dari 70 suku di Kenya.
Mereka sebagian besar tinggal di sebuah desa kecil tepi Danau Turkana bagian selatan Loiyangalani.
Beberapa nama lain untuk suku ini adalah Dehes, Fura-Pawa dan Ldes.
Molo dilaporkan hanya berpenduduk 99 jiwa, terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Bahasa mereka adalah El Molo, milik cabang Kushitik dari rumpun bahasa Afro-Asia.
Masyarakat El Molo tercatat sebagai suku yang unik karena kepercayaan budaya, adat, dan spiritualnya.
Satu di antaranya adalah ketika seorang bayi lahir, harus ada orang lain yang meninggal untuk menjaga keseimbangan antara hidup dan mati.
Youtuber Afrimax English mengunjungi komunitas El Molo baru-baru ini untuk menjelaskan budaya, mata pencaharian, dan akses terhadap fasilitas yang diperlukan.
Masyarakat El Molo percaya bahwa jumlah penduduknya tidak boleh melebihi 99 orang.
Sehingga ketika anak-anak dilahirkan, beberapa orang yang masih mempunyai kesempatan untuk hidup harus mati agar jumlah penduduknya tetap di bawah 100.
Begitu bayi lahir, para tetua suku diajak berkonsultasi dan mereka yang berumur panjang dan sudah memenuhi kriteria dipilih untuk mati.
Mereka menerima kematian sebagai nasib baik karena dianggap pengakuan atas siklus hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang yang mewariskan adat serta kepercayaan kepada mereka.
Menurut mereka, roh dan kosmos membimbing mereka dalam memutuskan siapa yang akan mati selanjutnya.
Tidak jelas apakah orang-orang terpilih tersebut meninggal secara alami atau bagaimana mereka memberi jalan kepada bayi-bayi yang baru lahir.
Tidak jelas bagaimana hal ini dapat diperbaiki dengan cepat.
Baca tanpa iklan