Beberapa abad lalu orang China datang ke Indonesia membawa budaya termasuk makanan khas dari tempat asalnya.
Tangyuan diserap oleh masyarakat Indonesia dan dimodifikasi menjadi wedang ronde.
Kendati demikian, keduanya juga memiliki perbedaan.
Budayawan peranakan Singkawang sekaligus mantan Walikota Singkawang 2007-2012 Hasan Karman mengatakan, ada perbedaan mendasar antara tangyuan dan ronde.
"Dari literatur dan pengalaman serta cerita yang pernah saya dengar sejak kecil, tangyuan memang berasal dari negeri Tiongkok," ujar Hasan, Selasa (2/3/2021).
Ia menjelaskan, rasa asli tangyuan harus selalu manis dan gurih.
Tangyuan yang berbentuk bola dari tepung ketan yang kenyal, semuanya melambangkan hal-hal yang baik.
"Dalam sajian ini tidak boleh ada rasa asin, pedas, asam apalagi pahit, karena tangyuan memilik makna simbolis seperti yaitu menekankan filosofi kebaikan dari rasa manis," jelas Hasan.
Baca juga: 8 Tradisi Tahun Baru Imlek, Bagikan Amplop Merah hingga Nonton Barongsai
Berbeda dengan tangyuan, wedang ronde yang ada di Indonesia terutama di Pulau Jawa menggunakan jahe yang memiliki cita rasa pedas.
Tambahan lainnya ada gula merah.
Gula merah tidak dikenal di China pada masa lalu, sehingga tangyuan juga tidak mengandung gula merah dan bahan pedas seperti jahe.
"Istilah wedang yang artinya minuman panas dalam Bahasa Jawa, tentu sangat berbeda dengan kuah panas manis dalam tangyuan," papar Hasan.
"Kita bisa menyimpulkan sebenarnya wedang ronde di Indonesia ini sudah merupakan akulturasi dan modifikasi dari tangyuan," imbuhnya.
(TribunTravel.com/SA)
Baca tanpa iklan