TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa kebiasaan dan tradisi paling menarik dari berbagai budaya di seluruh dunia berhubungan dengan kematian.
Untuk sebuah peristiwa yang dialami setiap manusia, kematian seperti yang digambarkan sangat bervariasi lintas batas, bahasa, dan agama.
Baca juga: Kastil Maruoka Jepang: Legenda Pengorbanan Manusia dan Kabut Misterius Pengalih Musuh
Baca juga: Viral Kecelakaan di Sirkuit Mandalika, Pembalap Jepang Meningal Dunia
Dan di Jepang, kematian terkadang dipersonifikasikan sebagai “shinigami”, atau dewa kematian.
Dipopulerkan anime seperti Death Note dan Bleach, shinigami dikatakan sebagai makhluk yang membimbing yang hidup menuju kematian mereka.
Baca juga: Berencana Liburan ke Jepang? Catat Panduannya, dari Akomodasi, JR Pass hingga Akses Internet
Baca juga: Viral Video Aksi Nyeleneh Wanita Menari di Kereta Api Jepang, Banjir Hujatan Warganet
Sementara shinigami sering dibandingkan dengan dewa kematian, mereka umumnya digambarkan dalam cerita rakyat Jepang lebih sebagai fasilitator dari siklus alami kehidupan daripada sosok menakutkan yang menyeret orang yang tidak mau ke Dunia Bawah.
Selami asal-usul misterius shinigami dan bagaimana mereka menjadi wajah kematian modern di Jepang.
Shinigami Sebagai Ide yang Relatif Modern
Kata "shinigami" adalah gabungan dari kata "kami", atau dewa, dan "shi", yang berarti kematian.
Sementara shinigami terdengar seperti makhluk kuno yang memiliki sejarah tertulis dan lisan yang panjang, asal usul mereka sebenarnya cukup modern.
Dilansir dari allthatsinteresting, shinigami tidak muncul dalam cerita rakyat Jepang hingga abad ke-18 atau ke-19, sekitar waktu ide-ide dari budaya Barat mulai bercampur dengan kepercayaan tradisional Buddha, Tao, dan Shinto di Jepang.
Bahkan, kata "shinigami" tidak digunakan sampai periode Edo, dengan contoh pertama yang diketahui adalah sejumlah drama boneka abad ke-18, atau ningyō jōruri , tentang laki-laki dan perempuan yang dipaksa mati oleh roh kematian.
Karya-karya ini umumnya mewakili shinigami sebagai kekuatan yang merasuki manusia dan dengan lembut mengisyaratkan kematian mereka, seringkali dengan bunuh diri.
Menurut situs berita Jepang Excite, kata tersebut muncul dalam drama boneka awal abad ke-18 karya Chikamatsu Monzaemon, Suicide Heaven's Amishima.
Dalam bagian ini, Monzaemon berbicara tentang "telinga yang dimiliki oleh Shinigami."
Di sini, dikatakan bahwa dewa kematian ini membujuk orang untuk bunuh diri.