Beberapa ahli percaya tradisi memasak sayur lodeh berasal dari masa kejayaan peradaban Jawa Tengah pada abad ke-10, dilaporkan Kompas.com.
Konon sayur lodeh membantu melewati masa-masa sulit selama letusan dahsyat Gunung Merapi pada 1006.
Membuat sayur lodeh kemudian muncul kembali pada abad-19.
Namun legenda sayur lodeh memang diperkuat pada awal abad ke-20.
Transformasi sayur lodeh menyebar melalui tambal-sulam budaya Nusantara dan saling berkelindan dengan makanan, kebudayaan sosial, dan lingkungan.
Lahan pertanian subur di sekeliling Yogyakarta memang memasok sayuran yang memungkinkan penduduknya bertahan menghadapi erupsi gunung berapi, tapi kota ini juga dikelilingi pelabuhan-pelabuhan maritim utama.
Di sisi lain, sayur lodeh juga disebut dibuat para pelaut.
Makanan sejenis sup, kuah, dan kari — layaknya sayur lodeh — sangat praktis dimasak saat terjebak di kapal.
Sejak saat itu, sayur lodeh menjadi semakin populer di Indonesia.
Baca juga: 5 Sate Klathak Enak di Jogja, Cocok untuk Pilihan Tempat Makan Malam saat Liburan
Di kota-kota hiper-urban di Asia Tenggara saat ini, sayur lodeh diperkenalkan kembali sebagai makanan kesehatan.
Lodeh juga menjadi hidangan warisan yang menarik bagi kelas menengah yang berkembang pesat.
Untuk generasi Instagram, sayur lodeh yang kaya warna cocok untuk menarik perhatian di linimasa.
Lodeh juga kerap dibuar warga saat pandemi Covid-19.
Di awal pandemi, sebuah pesan beredar di WhatsApp, berisi instruksi memasak sayur lodeh untuk melawan Covid-19, yang diklaim berasal dari Sultan Yogyakarta saat ini.
Sebagian besar warga tergugah, dan mulai memasak sayur lodeh untuk dibagi-bagikan ke tetangga.