Sebagaimana diketahui kerusuhan di Jogja terjadi akibat bentrok antar kelompok suporter Brajamusti dan warga Jogja dengan kelompok perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
Sebelum berlangsung di Jalan Tamansiswa, kerusuhan pada mulanya dari Jalan Kenari, Kelurahan Muja Muju, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jogja.
Diwartakan TribunJogja, insiden bentrok tersebut sudah berlangsung sejak Minggu sore sekira pukul 16.00 WIB.
Namun tak kunjung usai, kerusuhan justru berlanjut di Jalan Tamansiswa hingga pukul 20.30 WIB.
Aksi bentor terjadi cukup genting hingga memuat suasana di sekitar Jalan Tamansiswa semakin mencekam.
Menurut informasi yang didapatkan, aksi kerusuhan awalnya dipicu oleh keributan pada Minggu (28/5), di Parangtritis, Kalurahan Kretek, Kapanewon Kretek, Bantul.
Baca juga: Polemik Umat Hindu Tak Boleh Ibadah di Candi Ijo Jogja, Dispar Sleman Bilang Begini
Kemudian pada Minggu sore, kawasan Jalan Kenari didatangi oleh rombongan berjumlah ratusan orang.
Diduga rombongan tersebut datang untuk menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di Parangtritis sebelumnya.
Massa pun dihadang oleh jajaran kepolisian dari Polsek Umbulharjo, Polresta Yogyakarta, Satuan Brimob Polda DIY, serta personel Koramil 0734/07 Umbulharjo agar tidak terjadi bentrok.
Massa kemudian diarahkan keluar dari seputaran Jalan Kenari untuk mencegah keributan sekira pukul 17.30 WIB.
Lalu, pukul 17.46 WIB, massa didorong oleh pihak keamanan ke arah Jalan Kusumanegara.
Sekira pukul 18.15 WIB, massa didorong menuju ke arah Jalan Tamansiswa hingga pukul 18.55 WIB massa diarahkan putar balik ke arah utara jalan untuk menghindari bentrok.
Namun siapa sangka usaha tersebut justru membuat kerusuhan tak dapat terhindarkan.
Hal itu membuat massa yang sebelumnya digiring ke Jalan Tamansiswa akhirnya didorong ke selatan sambil dikawal langsung oleh para polisi.
Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan agar eskalasi bentrokan tidak membesar.