Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Liburan Imlek, Kunjungi Kampung Ketandan Wisata Pecinan di Jogja yang Populer

Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gapura masuk Kampung Ketandan, wisata Pecinan di Jogja yang lokasinya dekat Malioboro, sejumlah hotel, dan tempat sewa motor, Kamis (3/11/2022).

Sebagian besar penduduk berprofesi pedagang emas dan permata, toko kelontong, toko herbal, kuliner juga berbagai toko penyedia kebutuhan pokok.

Baru menjelang tahun 1950-an, hampir 90 persen penduduknya mulai beralih usaha ke toko emas. Pada tahun 1955, Toko emas pertama di Jogja berdiri dikawasan ini pula.

Masyarakat Tionghoa memang sangat berperan dalam penguatan kegiatan perekonomian Jogja semenjak 200 tahun yang lalu.

Mereka bisa membaur dengan pedagang pasar, pedagang Malioboro dan warga Jogja pada umumnya.

Sampai sekarang daerah ini masih menjadi salah satu pusat keramaian yang selalu dikunjungi para penggiat ekonomi.

Baca juga: Penumpang Padati Bandara Soekaro-Hatta selama Liburan Tahun Baru Imlek 2023

Tan Jing Sing, Tokoh Tionghoa di Kampung Ketandan, Yogyakarta

Keberadaan Kampung Ketandan tidak lepas dari salah satu tokoh bernama Tan Jin Sing (1760-1831). Ia adalah seorang Kapiten Tionghoa.

Menurut T.S. Werdaya dalam Tan Jin Sing: Dari Kapitan Tionghoa Sampai Bupati Yogyakarta, Tan Jin Sing merupakan putra dari seorang bangsawan Jawa.

Ayahnya adalah Demang Kalibeber di Wonosobo, sedangkan ibunya masih keturunan Sultan Amangkurat dari Mataram, yang bernama Raden Ayu Patrawijaya.

Ketika Tan Jin Sing masih bayi, ayahnya meninggal dunia. Lalu, ada saudagar Tionghoa bernama Oie The Long yang merasa kasihan padanya dan memutuskan untuk mengadopsinya.

Tan Jin Sing tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan pandai. Ia mampu menguasai 3 bahasa, yakni Hokkien, Mandarin, dan Inggris.

Ketika beranjak dewasa, ia pun berteman dekat dengan Raffles, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat itu.

Kemudian Tan Jin Sing menjadi penghubung antara Sri Sultan Hamengku Buwono III dengan Gubernur Jenderal Raffles.

Karena jasanya itu, Sri Sultan HB III mengangkatnya sebagai bupati dan diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secodiningrat.

Setelah itu, Sri Sultan HB III menghadahi tanah untuk dihuni oleh etnis Tionghoa yang sekarang bernama Kampung Ketandan.

Baca juga: Lion Air Resmi Terbang Perdana Bali-Tiongkok PP Bersamaan dengan Perayaan Tahun Baru Imlek 2023

Ilustrasi lampion yang dipasang untuk menyambut Imlek (Unsplash/Yukato)
Halaman
123