Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Unik Lontong Cap Go Meh, Jadi Identitas Budaya Tionghoa di Jawa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sepiring Lontong Cap Go Meh di Pasar Gede Solo

Dan, makanan opor sebagai pelengkap ketupat adalah modifikasi “sup ayam” China dan makanan berbumbu rempah yang dimiliki masyarakat lokal Jawa. Dua jenis makanan ini dapat dipahami masih memiliki asosiasi dengan ronde.

Bola ketan ronde yang berwarna putih dan bertekstur lengket/kenyal memiliki kemiripan dengan warna dan tekstur ketupat/lontong.

Sementara itu, kuah jahe yang manis dan berempah digantikan oleh kuah santan berempah namun asin-gurih.

Konsep memori kolektif tentang makanan khas perayaan Cap Go Meh mendorong masyarakat China Peranakan di Pulau Jawa untuk mengingat dan membentuk kembali pengetahuan akan masa lalu dan juga konstruksi pengalaman masa kini.

Baca juga: KAI Bagi-bagi Diskon 18 Ribu Tiket Selama Libur Imlek 2023, Cek Syarat & Ketentuannya

Seporsi lontong cap go meh (Sajian Sedap)

Lontong cap go meh di pesisir Laut Jawa

Sementara itu pemerhati budaya China, Agni Malagina mengatakan lontong cap go meh sendiri hanya ditemukan di pesisir Laut Jawa.

Di daerah-daerah peranakan China lain seperti di Singkawang, Palembang, atau Bangka Belitung tak ada.

“Akulturasi di Bangka Belitung, Singkawang di Pontianak, memang baru-baru datang ke nusantara pada abad ke-19 karena untuk mengisi tenaga kerja perkebunan dan tambang."

"Interaksi dan asimilasi di sana kurang mendalam dibandingkan imigran-imigran dari China ke Pulau Jawa,” jelas Agni dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (6/2/2017).

Pada awalnya, Laksamana Cheng Ho pada Dinasti Ming tahun 1368-1644 masuk ke wilayah pesisir Laut Jawa di sisi Semarang.

Laki-laki imigran China banyak berinteraksi dengan masyarakat setempat seperti perkawinan dengan perempuan-perempuan Jawa.

“Versinya itu kan jalur sutera. Itu yang dimasuki oleh China di pesisir utara Jawa. Kenapa di pesisir? Itu karena jalur laut,” jelas Agni.

Imigran China di pesisir Laut Jawa tinggal dan lalu mengadopsi kebudayaan setempat. Seperti salah satunya dengan melihat tradisi kuliner ketupat lebaran dan opor ayam.

Pencucian patung dewa yang berlangsung di Kelenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat Kiang), di kawasan

Sebagaimana pendatang, imigran China pun memperkenalkan segala jenis pengetahuan yang dibawa dari negeri asalnya.

Halaman
123