Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Viral Turis Lombok Kena Scam di Desa Sade Lombok, Sandiaga Uno Angkat Bicara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, tanggapi kasus viralnya turis asing yang mengaku terkena scam saat liburan ke Desa Sade, Lombok, NTB.

TRIBUNTRAVEL.COM - Baru-baru ini beredar video TikTok dari seorang turis asing yang sedang berlibur ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tepatnya di Desa Sade, turis asing itu membuat sebuah video singkat dan membagikan pengalamannya selama berlibur di sana.

Desa Sade yang baru-baru ini viral gara-gara turis asing yang mengklaim mendapat scam atau penipuan saat liburan. (TRIBUNTRAVEL.COM/SRI JULIATI)

Namun tak butuh waktu lama, seteleh diunggah video turis asing tersebut mendadak viral karena diserbu oleh warganet Indonesia.

Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena banyak warganet tanah air merasa tersinggung dengan videonya.

Baca juga: Sandiaga Uno Temui Duta Besar Maroko, Bahas Destinasi Wisata hingga Beri Jersey Timnas Indonesia

Bagaimana tidak, dalam kunjungannya ke Lombok itu rupanya turis asing itu sempat curhat dan mengkalim mengalami scam alias penipuan.

Usut-diusut, turis asing tersebut rupanya bernama Davud Akhundzada, seorang traveler yang sudah traveling ke beberapa negara.

TONTON JUGA:

Nah beberapa waktu lalu, ia rupanya sempat singgah dan berlibur di Desa Sade, Lombok, NTB.

Saat berada di sana, ia terlihat menghampiri warga lokal dan berniat membeli kain tenun buatan warga Desa Sade.

Dalam videnya, ia tampak mendekat ke beberpa orang dan mulai menanyakan harga kain tenun tersebut.

"Halo wanita cantik, apa yang kamu jual? Kamu membuat ini? Berapa harga yang akan kamu jual?" tanya Davud Akhundzada kepada warga Desa sade.

Baca juga: Sandiaga Uno Jamin Privasi Wisatawan Terlindungi usai UU KUHP Disahkan

Satu persatu warga Desa Sadepun lantas menjab dengan harga tenun yang mereka jual.

Terdengar mereka tampak menyebutkan angka Rp 60 ribu untuk sebuah ikat kepala, dan Rp 75 ribu untuk kain seperti sarung.

Namun karena merasa harganya tidak sesuai, Davud Akhundzada lantas melontarkan pendapatnya.

Ia mengatakan bahwa kain tenun itu terlalu mahal dan mulai mengklaim bahwa ia mendapatkan scam.

Halaman
12