TRIBUNTRAVEL.COM - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mulai memperhatikan sumber daya alam, manusia dan budaya sebagai arah pengembangan destinasi pariwisata Indonesia ke depan.
Langka Kemenparekraf tersebut menjadi upaya memperkuat strategi untuk menghadirkan destinasi yang berkualitas, resilient, dan berkelanjutan.
Melansir rilis Kemenparekraf, Sabtu (17/12/2022), pengembangan destinasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan reputasi destinasi pariwisata.
Tujuannya adalah untuk mewujudkan ekosistem pariwisata yang terintegrasi, mendorong pembangunan daerah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Bantul Menuju Kota Kreatif Dunia, Kemenparekraf Siap Beri Dukungan
Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Vinsensius Jemadu pada sesi diskusi terkait "Destinasi dan Industri" dalam acara Rakornas Parekraf 2022, Jumat (16/12/2022) di Hotel Sahid, Jakarta.
"Dalam dua tahun ke depan kita kemungkinan masih akan berkutat dalam upaya pemulihan dari pandemi COVID-19, dan hal ini selaras dengan upaya kita dalam mewujudkan destinasi pariwisata yang berkualitas, resilient dan berkelanjutan," kata Vinsensius Jemadu.
Dalam mewujudkan capaian tersebut, Kemenparekraf pada khususnya Kedeputian Bidang Pengembangan Destinasi dan Sumber Daya Kelembagaan memiliki lima strategi.
Pertama adalah melakukan analisis tipologi dan strategi pengembangan destinasi baik perwilayahan dan juga secara tematik.
Ini terbagi dalam destinasi rintisan, pengembangan, pemantapan, dan revitalisasi.
Selanjutnya adalah penataan dan penguatan manajemen destinasi dan daya tarik melalui penerapan visitor management, carrying capacity untuk meningkatkan destination appeal dan market attractiveness.
Baca juga: Kemenparekraf Luncurkan Program Beti Dewi, Promosikan Desa Wisata di Indonesia
"Kemudian yang ketiga adalah pembangunan-pembangunan infrastruktur, fasilitas, aksesibilitas konektivitas, serta pengelolaan fasilitas pariwisata," ungkap Vinsensius Jemadu.
Keempat, lanjut Vinsensius Jemadu, memaksimalkan koordinasi pengembangan kawasan, desa wisata, geopark, kawasan ekonomi khusus (KEK), cultural heritage, kota kreatif/ sentra kreatif.
Terakhir, yakni peningkatan dan pemberdayaan masyarakat dan UMKM di destinasi pariwisata.
"Kami ingin suatu saat hadir destinasi yang berkualitas, resilient, dan berkelanjutan dengan memperhatikan sumber daya alam, budaya, dan manusia," ucap Vinsensius Jemadu.
Dalam pengembangan desa wisata, sampai dengan November 2022 tercatat ada 3.620 desa wisata yang telah tergabung dalam jaringan desa wisata (jadesta).
"Dan kami mendorong pemerintah daerah untuk mewujudkan sebanyak mungkin desa wisata dan masuk dalam Jadesta karena ada banyak fitur yang dapat dimanfaatkan. Seperti bagaimana mengidentifikasi kebutuhan yang nantinya dapat dibantu oleh kementerian/lembaga ataupun stakeholder lain," tutur Vinsensius Jemadu.