Dari cerita penjaga Terowongan Sasaksaat, Krisna Budirohman, terowongan dibangun saat zaman kolonial Belanda.
"Jadi orang Indonesia dan ada sebagian pekerja dari luar dipekerjakan untuk proyek Terowongan Sasaksaat ini," kata Krisna kepada Tribun Jabar, beberapa waktu lalu.
Penggalian terowongan yang terdapat batuan cadas dilakukan tidak menggunakan dinamit atau pengeboran dengan mesin.
Konon, pengerjaan Terowongan Sasaksaat kebanyakan menggunakan alat seadanya seperti balincong dan linggis.
"Dulu yang saya ketahui, dari cerita sejarah, pembuatan Terowongan Sasaksaat pada zaman Belanda dikerjakan secara manual dengan alat seperti balincong dan linggis, uniknya jalan terowongan itu bisa presisi,” ujar Krisna.
Dikutip dari situs resmi KAI, disebutkan bahwa dalam proses pembangunan Terowongan Sasaksaat terdapat kendala, yaitu lahan yang memiliki kadar air tinggi.
Hal itu membuat air merembes ke Terowongan Sasaksaat dan berisiko terjadi longsor.
Selain itu terdapat batuan cadas pada tanah yang digali.
Akhirnya untuk menanggulangi rembesan air tersebut, lapisan atas Terowongan Sasaksaat dilapisi dengan penyemenan tebal 0,85 meter.
Pada beberapa bagian Terowongan Sasaksaat dilapisi dengan seng.
Sementara itu, untuk masalah batuan cadas, ada pula solusinya yaitu dihancurkan dengan cara pengeboran menggunakan tangan guna menghindari getaran.
Baca juga: Penasaran dengan Cara Pengecatan Kereta Api? Begini Lho Prosesnya
2. Ukuran Terowongan Sasaksaat
Panjang Terowongan Sasaksaat kurang lebih 950 meter dengan lebar 3,92 meter.
Sementara tinggi Terowongan Sasaksaat mencapai 4,31 meter.
Baca juga: Jadwal Kereta Api dari Solo Balapan ke Malang Oktober 2022, Tiketnya Mulai Rp 180 Ribu Sekali Jalan
3. Tradisi Tahunan Terkait Terowongan Sasaksaat