Bahkan ada juga boneka menyerupai petani yang sedang bekerja di ladang.
Tak sampai di situ, beberapa boneka lainnya juga kadang kala diajak menari di sebuah pesta.
Kemudian ada juga boneka pekerja yang mengenakan topi keras beristirahat sejenak dan menikmati udara segar di luar rumah yang ditinggalkan.
Meski tampak padat, tapi suasana Desa Nagoro masih hening karena bonek-boneka ini tetaplah benda mati yang tidak bernyawa.
Baca juga: Seorang Pria di Jepang Punya Obsesi Aneh, Curi 360 Jas Hujan Milik Wanita
Baca juga: Solo Traveling ke Jepang? 5 Tempat Wisata Unik di Kyushu Ini Wajib Masuk Daftar Kunjungan
Karya Seorang Pengerajin
Tak semerta-merta ada, boneka-boneka di Desa Nagoro tersebut rupanya dibuat oleh seorang wanita bernama Tsukimi Ayano.
Tsukimi Ayano sendiri merupakan pengerajin yang dijuluki sebagai 'Scarecrow Mother' atau ibu dari orang-orangan sawah.
Sebagaimana diketahui, Tsukimi merupakan penduduk asli Desa Nagoro yang sempat pindah ke kota.
Namun karena satu dan lain hal, ia memutuskan kembali ke kampung halamannya pada 2002 silam.
Sekembalinya, dia menemukan bahwa sebagian besar penduduk telah pergi bekerja di kota.
Di sisi lain jumlah penduduk juga terus berkurang seiring dengan meninggalnya penduduk yang lebih tua.
Sebagaimana data ada 2019 diprakirakan saat itu Desa Nagoro masih dihuni oleh kurang dari 30 orang di desa.
Maka untuk membuat kota terasa lebih sibuk, Tsukimi mulai membuat boneka seukuran penduduk.
Hal itu ia lakukan untuk mengisi jalanan dan pedesaan di sekitarnya.
Misalnya, ada sekolah dasar menutup pintunya, tetapi hari ini orang-orang masih akan menemukan ruang kelasnya dipenuhi siswa dan guru dalam bentuk boneka.
Baca tanpa iklan