TRIBUNTRAVEL.COM - Pernah mendengar tentang Monumen Purwa Aswa Purba?
Monumen Purwa Aswa Purba merupakan landmark ikonik yang berada di Stasiun Bandung.
Para penumpang yang keluar dari Stasiun Bandung sisi selatan, nantinya akan disambut Monumen Purwa Aswa Purba yang berdiri gagah.
Monumen berupa lokomotif ini ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik untuk dibahas.
Baca juga: Mengenal Jembatan Cirahong, Jalur Kereta Api Unik Berusia 128 Tahun yang Punya Fungsi Ganda
Melansir akun Instagram @kai121, Sabtu (23/7/2022), Purwa Aswa Purba memiliki 'Awal Kuda Kuno'.
Nama tersebut diambil dari sosok kuda besi hitam (lokomotif) yang pernah berdinas di lintas Rengasdengklok-Karawang-Wadas-Cikampek (Jawa Barat).
Kala itu, Purwa Aswa Purba jadi andalan masyarakat dalam bermobilitas untuk mengangkut barang dan penumpang.
Purwa Aswa Purba adalah jenis lokomotif TC.10 yang diproduksi oleh Hartman Chemnitz pada tahun 1920 dengan nomor abrik 4416.
Saat beroperasi di Indonesia, Staatsspoorwegen (SS) menomorinya dengan 508T dan di era Djawatan Kereta Api diubah menjadi TC.10.08.
Untuk melayani jalan rel dengan gauge 600 mm, SS mendatangkan lokomotif uap jenis ini secara bertahap.
Dimulai dengan 6 unit pada 1955, 4 unit pada 1920 dan 5 unit pada 1922, sehingga total berjumlah 15 unit.
Baca juga: Mengenal 4 Jenis Gerbong di Perkeretaapian Indonesia, Simak Perbedaanya
Sebanyak 3 unit lokomotif TC10 dialokasikan untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 600 mm di Jawa Timur.
Sementara sisanya beroperasi di jalan rel dengan gauge 600 mm di Jawa Barat.
Lokomotif TC10 memiliki susunan roda 0-6-0T, dengan dua silinder berdimensi 240 mm x 340 mm dan roda berdiameter 675 mm.
Secara keseluruhan, lokomotif TC10 mempunyai berat mencapai 12,7 ton serta menggunakan bahan bakar kayu jati.
Baca tanpa iklan