TRIBUNTRAVEL.COM - Laos adalah negara per kapita yang paling banyak dibom dalam sejarah.
Pesawat-pesawat tempur AS menjatuhkan lebih dari 270 juta bom di Laos selama Perang Vietnam, menurut National Regulation Authority (NRA) , badan pengatur untuk pekerjaan ranjau di Laos.
"Rata-rata, itu sama dengan misi pengeboman setiap delapan menit, 24 jam sehari, selama sembilan tahun," Sarah Goring, manajer hibah dan informasi publik di Mines Advisory Group (MAG) , dilansir TribunTravel dari Insider.
MAG adalah organisasi nirlaba yang membersihkan persenjataan yang tidak meledak (UXO) dari tanah yang terkena dampak.
Baca juga: Wisatawan Indonesia Kini Bisa Liburan ke Laos, Catat 6 Syarat yang Harus Disiapkan
Baca juga: Laos Akan Buka Kunjungan Turis Asing yang Telah Divaksinasi Penuh Mulai 1 Januari 2022
Sekira 30% dari bom yang dijatuhkan ini gagal meledak saat terjadi benturan.
Meski demikian, keberadaan bom ini tetap menjadi ancaman mematikan bagi komunitas lokal.
Sejak 1964, lebih dari 50.000 orang telah terbunuh atau terluka oleh UXO di Laos, menurut data dari NRA.
Meski cukup menyeramkan, sebagian penduduk Laos berhasil memanfaatkan UXO.
Di banyak desa di Laos, bom ini dan peninggalan masa perang lainnya telah menjadi pokok pemandangan dan kehidupan sehari-hari.
Tangki bahan bakar pesawat, misalnya, telah diubah sebagai kano.
Penduduk desa juga menggunakan bom yang tidak meledak sebagai besi tua.
Baca juga: Menikmati Kelezatan Dendeng Bumbu Laos, Menu Langka Nasi Jamblang Cirebon yang Rendah Kolestrol
Baca juga: Misteri Ribuan Kuali Batu yang Tersebar di Laos, Benarkah Jadi Lokasi Penguburan Mayat?
"Idenya adalah menjualnya untuk besi tua karena harga besi tua itu tinggi," kata Goring tentang penduduk desa yang mengambil bagian dalam perdagangan besi tua.
Ketika harga besi tua turun secara signifikan pada tahun 2008, MAG melihat penurunan besar-besaran dalam kecelakaan, tambahnya.
Di Ban Napia, sebuah desa di provinsi Xiengkhouang, Laos, beberapa penduduk desa menjual peralatan makan yang terbuat dari logam UXO.
Baca juga: Penerbangan Internasional Bandara Ngurah Rai Bertambah, VietJet Air Layani Rute Vietnam-Denpasar PP
"UXO hanyalah sumber daya lain. Mereka ada di mana-mana, jadi kami memutuskan untuk memanfaatkan apa yang kami miliki," kata La lok, pembuat sendok dari desa Ban Napia, kepada The Guardian .