Disebut demikian lantaran berkaitan dengan salah satu fungsi gedung utamanya yang digunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu agung.
Melansir laman web Setneg, selain sebagai Istana Kepresidenan, Gedung Agung juga menjadi saksi bisu bagi peristiwa bersejarah di Indonesia.
Setelah status administratif wilayah Yogyakarta berubah menjadi provinsi, maka gedung utama menjadi kediaman para Gubernur Belanda di Yogyakarta.
Sedangkan, pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi kediaman penguasa Jepang di Yogyakarta.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Siapkan Sejumlah Strategi untuk Libur Lebaran 2022 yang Aman dan Kondusif
Baca juga: Masjid At-Thohir Berdiri Megah di Depok, Erick Thohir: Amanah Bapak, Berkontribusi untuk Masyarakat
TONTON JUGA:
Lalu saat Ibu Kota Indonesia yang pernah berpindah ke Yogyakarta pada 1946, Gedung Agung dijadikan sebagai Istana Kepresidenan, sekaligus kediaman Presiden dan keluarganya.
Sebelum masa kemerdekaan RI, Gedung Agung pernah digunakan untuk pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI.
Kemudian selama tiga tahun, pada 1946-1949, gedung ini digunakan sebagai tempat kediaman resmi Presiden.
Selain itu Gedung Agung juga menghadap ke timur, dan berseberangan langsung dengan Museum Benteng Vredeburg, bekas benteng Belanda.
Sebagai Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta banyak menyambut tokoh-tokoh penting dari luar negeri untuk singgah ataupun menginap.
Bahkan, tercatat ada 65 kepala negara dari berbagai wilayah di dunia pernah menyambangi istana ini.
Termasuk beberapa di antaranya ada Ratu Elizabeth II dari Inggris (1974), Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (1980), Pangeran Charles dan Putri Diana dari Inggris (1989), dan Kaisar Akihito dari Jepang (1991).
Baca juga: Tiket Pesawat Murah Jogja-Jakarta untuk Libur Lebaran 2022, Tarif Mulai Rp 879 Ribuan
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno jadi Pejabat Terkaya 2021 dengan Total Harta Rp 10,617 Triliun
(TribunTravel/Zed)
Baca selengkapnya soal Joko Widodo di sini.