Ia menjelaskan, bagian daging dari kambing pada masa itu, dihidangkan untuk para tuan dan nyonya orang Belanda dan para priyayi.
Baca juga: Rica Bu Sartini, Kuliner Pedas di Solo Favorit Mahasiwa UNS dan ISI
Sementara rakyatnya memakan sedikit daging yang masih melekat pada tulang.
"Tapi pada zaman global ini nyesepi tulang, nitili tulang itu menjadi suatu keasyikan tersendiri," tukasnya.
Baca juga: Lezatnya Selat Mbak Lies, Sajian Kuliner Legendaris di Solo
Baca juga: 5 Tempat Wisata Sejarah di Solo untuk Liburan Akhir Tahun 2021, Mampir ke Museum Keris