"Kalau sehari bisa 300 porsi. Kalau buka dari jam 7 sampai jam 12 malam," ucapnya.
Baca juga: 6 Kuliner Malam di Jakarta Pusat Favorit Wisatawan, Ada Martabak Pecenongan dengan Topping Melimpah
Awal Mula Buka Usaha Martabak Tipis
Efrizal menceritakan awal mula usaha turun temurun ini yakni pertama kali ayahnya menjual martabak manis pada umumnya dengan ukuran lebih besar dan tebal.
Namun saat itu almarhum ayahnya diminta oleh sang istri supaya membuat martabak tipis kering untuk istrinya yang tengah hamil.
Setelah dibuatkan, istrinya pun mengatakan kalau martabak manis dengan tekstur tipis renyah yang dipanggang dengan bara arang itu sangat nikmat.
Hingga akhirnya Sutan Munir, berinisiatif memberi bonus kepada pelanggannya seporsi martabak tipis ala permintaan sang istri.
Baca juga: Mie Ayam Kumango, Martabak Gapa, dan 6 Kuliner Malam di Medan yang Legendaris
Baca juga: Martabak Pecenongan dan 4 Kuliner Malam di Jakarta Pusat yang Selalu Laris
Rupanya lama kelamaan pelanggan lebih menyukai martabak yang awalnya hanya sekedar bonus hingga akhirnya martabak tipis mulai dipasarkan dan laris manis.
"Dulu yang tipis ini gratis, bonus kalau ada yang beli lebih, karena banyak yang minta martabak tipis makanya jadi ada harganya sampai akhirnya lebih fokus ke yang tipis.
Jadi pembeli mulai suka sama martabak tipis. Terakhir banyak yang minta jadi lebih laku," ucapnya.
Efrizal mengungkapkan sebelum almarhum ayahnya membuka usaha martabak merupakan pedagang nasi goreng. Namun usaha nasi goreng itu tidak begitu menjanjikan pada saat itu.
Hingga akhirnya ada seorang kerabat ayahnya yang sesama berasal dari Sumatera Barat mengajarinya membuat martabak.
Sutan Munir diberikan resep rahasia hingga akhirnya ia pun memilih berdagang martabak dan berpaling dari usaha sebelumnya.
"Sebetulnya ini bukan dari dia. Ada orang ngasih ilmunya karena orang itu gak punya anak jadi di turunkan ilmunya ke bapak saya," tuturnya.
Miliki Banyak Pelanggan, Termasuk Pejabat
Usaha yang telah lama digelutinya ini banyak memiliki pelanggan. Pembeli silih berganti berdatangan.
Mereka rela mengantre untuk menikmati sajian martabak manis renyah ini.
Baca tanpa iklan