Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Hitobashira, Ritual Pengorbanan Manusia di Jepang Kuno Sebelum Membangun Jembatan dan Kastil

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kastil Maruoka dibangun dengan pengorbanan manusia

Ada satu pengikut yang menyarankan agar mereka menjadikan seseorang sebagai hitobashira.

O-shizu, seorang wanita bermata satu yang memiliki dua anak dan hidup miskin, terpilih sebagai Hitobashira.

Baca juga: Kamar Hotel di Jepang ini Dihiasi Perangkat Lokomotif, Ada Simulator Masinis hingga Rem Darurat

O-shizu menuntut agar satu anaknya dijadikan samurai sebagai pembayaran atas pengorbanannya.

O-shizu dikuburkan di bawah pilar utama benteng, dan setelah itu pembangunan benteng berhasil diselesaikan.

Tetapi Katsutoyo dipindahkan ke provinsi lain dan putra O-shizu tidak jadi diangkat menjadi samurai.

Roh O-shizu kesal dan membuat parit meluap dengan hujan musim semi yang merusak stabilitas dinding kastil.

Orang-orang menyebutnya, “hujan yang disebabkan oleh air mata kesedihan O-shizu” dan mendirikan sebuah makam kecil untuk menenangkan jiwanya.

Kisah-kisah pengorbanan manusia ini muncul paling banyak disusun pada periode Tokugawa, yaitu selama tiga abad terakhir.

Mereka menjadi semakin langka seiring dengan semakin matangnya masyarakat.

Sekarang banyak masyarakat Jepang melakukan pengorbanan tiruan dan upacara rumit di kuil, seperti di kuil Sakato-no di Sakato-ichiba di provinsi Kazusa, dan kuil Juzo di Wajima-cho di provinsi Noto.

Ambar Purwaningrum/TribunTravel