Dijabarkannya, setidaknya dari 200 jumlah telur penyu di pantai kemungkinan ia dapat menetas dengan baik di habitat aslinya hanya sekitar 1:1000 saja.
Artinya, sangat kecil kemungkinan telur-telur tersebut bisa terselamatkan.
Hal ini, karena banyaknya predator yang ada di alam bebas.
Namun, berdasarkan data Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, telur penyu bisa menetas bahkan sampai 80 persen bila berada di penangkaran.
Telur-telur penyu yang berada di pantai, dipindahkan ke tempat penangkaran sampai menetas.
Bila sudah menetas, selanjutnya akan dilakukan perawatan sampai penyu tersebut memiliki cangkang dan fisik yang kuat untuk menghadapi kehidupan di alam bebas.
"Kalau mereka sudah siap, baru akan kita lepas liarkan," tuturnya.
Baca juga: 4.000 Penyu Berhasil Diselamatkan Selamai Badai Musim Dingin di Texas
Meski begitu, ternyata tidak semua penyu yang ada dipenangkaran merupakan penyu-penyu yang baru menetas lho.
Menurut Kusminardi, penyu-penyu yang ada di tempat penangkaran tersebut ada juga penyu dewasa yang merupakan sitaan, atau titipan.
Artinya, penyu tersebut didapat dari warga yang memeliharanya tanpa izin atau secara ilegal.
Sehingga saat dilakukan pemeriksaan, didapati telah memelihara hewan yang dilindungi tanpa izin sehingga harus dibawa ke tempat penangkaran.
"Ada juga misalnya nelayan yang secara tidak sengaja ada penyu tersangkut di jaring mereka. Akhirnya mereka serahkan ke kita untuk dilakukan perawatan," imbuhnya.
Penyu-penyu tersebut, sama-sama melewati masa perawatan dan penguatan di penangkaran.
Berapa lama mereka menjalani karantina di sana, itu tergantung dengan kondisi penyu tersebut.
Misalnya, bila penyu tersebut sakit akibat tersangkut jaring, atau dinilai belum cukup kuat untuk menghadapi kehidupan di alam bebas, maka harus berada di penangkaran jauh lebih lama.