Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Unik Dodol Betawi, Membuatnya Butuh Perjuangan dan Teknis Khusus, Tak Boleh Sembarang Orang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pekerja tampak mengaduk adonan dodol Ibu Zakiyah di atas kerenceng atau kuali pada Rabu (28/4/2021).

"Kerenceng saya rusak tahun kemarin. Banyak yang bolong. Masalahnya orang baru kita ajarin udah mengaduk," keluhnya.

Menurutnya, pekerja yang sudah senior dan ahli, biasanya sekitar 6 jam dodol sudah matang.

Bila merekrut pekerja baru, bisa-bisa adonan dodol gagal. 

Ia lebih memilih pekerja yang sudah berpengalaman dalam mengolah dodol.

Menatap lebaran di tengah pandemi

Di awal masa pandemi Covid-19, banyak pengrajin dodol terpukul.

Pendapatan mereka yang biasanya panen selama bulan Ramadan dari dodol hilang digerus virus Corona.

Kini, mereka mencoba menatap lebaran dengan semangat baru seiring usahanya mulai kembali pulih.

Di dapur pembuatan dodol Ibu Zakiyah di Jalan Damai no.39 Pejaten Timur, Pasar Minggu, tampak tiga pekerja sibuk mengaduk-aduk adonan dodol di atas kerenceng atau kuali.

Adonan kecoklatan yang sesekali mengeluarkan kepulan panas itu diaduk menggunakan sodet atau semacam kayu panjang mirip dayung.

Salah satu adonan dodol yang telah matang kemudian diciduk dengan menggunakan gayung plastik.

Adonan kemudian dituangkan ke deretan besek yang sudah disiapkan.

Tak hanya pekerjanya, pemilik usaha dodol, Ibu Zakiyah (50) sendiri tampak sibuk membungkus dodol ke dalam plastik ukuran kecil.

Ia duduk di balik etalase kaca berisi aneka ukuran dodol yang siap untuk dijual.

Sembari mengemas dodol, Ibu Zakiyah mengatakan usahanya sudah berangsur pulih ketimbang masa awal pandemi. Tahun lalu, usaha dodolnya benar-benar payah.

Halaman
123