Awalnya, warung tersebut dia rintis bersama rekan - rekan pengajiannya.
"Awalnya saya dan teman-teman membuka warung soto tapi harganya murah," katanya kepada TribunSolo.com pada Kamis (4/3/2021).
Ternyata, perkembangan warung tersebut semakin baik dari waktu ke waktu.
Dwi juga bisa mengajak rekannya untuk bekerja bersama.
"Teman-teman yang belum punya pekerjaan saya ajak bergabung," ujarnya.
Dwi menegaskan, soal kualitas dan rasa, walaupun harganya murah namun tidak murahan.
Minyak goreng, daging ayam, sampai bahan soto lainnya dipilih dengan cermat.
"Untuk beli ayam saja saya ambil dari teman kelompok pengajian," ungkapnya.
"Supaya saya tahu bahwa itu disembelih dengan cara yang halal," terangnya.
Cara kerja menjaga kualitas tersebut tidak pernah dia longgarkan.
"Saya malu kalau jual barang murahan, cukup harganya yang murah, kualitasnya jangan," kisahnya.
Dia mengatakan, dalam sehari bisa menghabiskan 50 kilogram beras dari pukul 06.00 WIB hingga 22.00 WIB.
"Kalau hari biasa bisa seribu mangkok sehari, namun karena pandemi berkurang cukup banyak," terangnya.
Sampai saat ini dia belum memiliki rencana untuk menaikan harga.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Jokowi Resmikan Bandara Buntu Kunik, Diyakini Wisata Toraja Semakin Berkembang
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Uniknya Nitro Coffee di Manujaloka Coffee, Sajian Cold Brew yang Disuntik Nitrogen
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Watergong Klaten, Selokan Kotor yang Kini Jadi Destinasi Wisata dengan Jutaan Ikan
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Pesawat Kargo Trigana Air Tergelincir, Pihak Bandara Menyebut Ada Kerusakan Ban
Baca juga: TRAVEL UPDATE: 4 Air Terjun Terindah di Indonesia, Ada Air Terjun Dua Warna dengan Kandungan Fosfor
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)
Baca selengkapnya seputar TribunTravel Update, di sini.