Kemudian setelah raja Kutai memeluk agama islam, maka nasi bekepor jadi dikenalkan kepada masyarakat luas.
Pengenalan nasi bekepor ini konon sebagai upaya mengenalkan ajaran agama islam melalui makanan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai keislaman yang diselipkan dalam proses pembuatan nasi bekepor.
Pada zaman dahulu proses nasi bekepor dimulai dengan menaruh berasa dalam sebuah wadah yang terbuat dari perunggu.
Kemudian setelah dimasak dengan cara diputar diatas bara api, proses memutar wadah inilah yang disebut dengan bekepor.
Dalam proses memutar tersebut, nasi bekepor harus dibacakan shalawat sebanyak tiga kali.
Saat membaca sholawat pemasak biasanya sambil menyebut nama dan membayangkan wajah orang yang ingin segera ditemui.
Konon, cara ini diyakini berhasil membuat orang yang disebut saat memasak dapat segera datang.
Mitos dalam memaska nasi bekepor ini bahkan masih dipercayai masyarakat Kutai yang tinggal di Kota Bangun.
Ciri Khas Nasi Bekepor
Jika dilihat sekilas nasi bekepor mungkin akan mirip dengan sajian nasi liwet khas Sunda.
Namun tentu sangat berbeda karena nasi bekepor dibuat dengan cara dan bahan baku yang khas.
Dalam membuat nasi bekepor, mula mula beras yang sudah bersih dicampur dengan minyak sayur, rempah dan potongan ikan asin.
Barulah setelah itu dimasukkan ke dalam wadah khusus yang dikenal dengan istilah kenceng atau kendil.
Setelah itu nasi bekepor dipindahkan dan dimasak di atas abara api hingga matang dan siap disajikan.