Dalam masalah pertama, FAA menuduh beberapa karyawan Boeing menyelesaikan pekerjaan sertifikasi atas nama FAA.
Ini terjadi di bawah program Organization Designation Authorization (ODA) antara November 2017 dan Juli 2019.
Sayangnya, beberapa karyawan yang ditugaskan untuk tugas sertifikasi tidak diberi wewenang.
Masalah kedua melibatkan karyawan yang melakukan pekerjaan sertifikasi pada Boeing 787 Dreamliners.
FAA menuduh Boeing gagal mengikuti proses kontrol kualitas dan membuat anggota ODA mendapat tekanan atau gangguan yang tidak semestinya sehubungan dengan inspeksi kelaikan udara pesawat.
Masalah kontrol kualitas Boeing dengan program Dreamliner dilaporkan secara ekstensif di Simple Flying.
Tahun lalu, Boeing mulai memindahkan produksi pesawat jenis tersebut ke Charleston, Carolina Selatan sebagai bagian dari langkah untuk menghemat uang.
Tapi itu juga membawa produksi pesawat di bawah satu atap, memungkinkan untuk mengelola masalah kontrol kualitas yang sedang berlangsung dengan lebih baik.
“Kami memperkuat proses kerja dan operasi kami untuk memastikan kami bertanggung jawab terhadap standar keselamatan dan kualitas tertinggi, ” kata Boeing dalam sebuah pernyataan.
Seperti penyelesaian Departemen Kehakiman, Boeing berharap untuk menarik garis di bawah kasus ini dengan pembayaran hukuman.
"Boeing percaya bahwa pengumuman hari ini secara adil menyelesaikan tindakan hukuman sipil yang diumumkan sebelumnya sambil memperhitungkan peningkatan keselamatan, kualitas, dan proses kepatuhan yang berkelanjutan." ungkap Boeing.
Sementara itu, FAA memberikan pernyataan yang lebih keras.
Pernyataan mereka menunjukkan bahwa federasi tersebut tidak akan menghentikan pengawasan di Boeing.
"FAA akan waspada dalam pengawasannya terhadap rekayasa dan aktivitas produksi Boeing, dan secara aktif melaksanakan reformasi sertifikasi dan ketentuan pengawasan dari Undang-Undang Sertifikasi, Keselamatan, dan Akuntabilitas Pesawat Udara 2020," kata pernyataan FAA.
"Undang-undang ini akan memungkinkan FAA untuk menilai hukuman perdata yang lebih besar terhadap produsen yang memberikan tekanan yang tidak semestinya pada anggota unit ODA," pungkasnya.
Baca juga: Jepang Larang Maskapai Gunakan Pesawat Boeing 777 Bermesin Pratt & Whitney 4000, Ini Alasannya
Baca juga: Boeing 737 Max Kembali Terbang untuk Pertama Kalinya Setelah Sempat Dilarang Akibat Kecelakaan Fatal
Baca juga: Maskapai Ini Tawarkan Pengalaman Bersantap di Pesawat Boeing 747 yang Bersejarah
Baca juga: Boeing Didenda Rp 35 Triliun Akibat Penipuan Evaluasi Keamanan pada Pesawat 737 Max
Baca juga: Maskapai Ini Jual Koper yang Terbuat dari Bekas Komponen Boeing 747, Berapa Harganya?
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)
Baca tanpa iklan