Tak hanya mereka yang punya rencana menikah, tradisi mengikat akar pohon beringin juga dilakukan di pada waktu-waktu tertentu.
Tonton juga:
"Pada hari-hari tertentu misalnya saat musim haji atau lebaran ketupat yang berlangsung satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri," imbuhnya.
Ia menambahkan, "Masyarakat yang melakukan ziarah biasanya akan membawa makanan atau sesajian yang akan dimakan bersama di makam ini."
Taman Mayura, Bukti Toleransi Umat Beragama di Lombok pada Abad ke-19
Taman Mayura merupakan satu di antara taman peninggalan zaman kerajaan yang masih terpelihara dengan baik hingga sekarang.
Di kawasan taman dengan luas 244,60 meter x 138,50 meter, pengunjung bisa bersantai sembari menikmati pemandangan yang ada.
Selain itu, di Taman Mayura pengunjung bisa belajar sejarah.
Menurut laporan wartawan TribunLombok, Sirtupillaili, Taman Mayura merupakan saksi keberadaan Kerajaan Singasari dan Kerajaan Karangasem Bali di Lombok pada abad ke-19.
Uniknya, di taman ini pengunjung bisa melihat toleransi umat beragama yang ditunjukkan dengan patung-patung dan relief yang bercirikan Muslim, China dan Jawa.
Patung yang mencirikan Muslim berada di bagian barat, timur dan utara Bale Kambang yang bersebelahan dengan bangunan linggih yang kental corak Hindu Balinya.
Pada saat itu, Bale Kambang dipakai untuk mengadili suatu perkara pada zaman penjajahan Belanda.
Asal Nama Mayura
Nama Taman Mayura berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Burung Merak.
Taman ini dulunya dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem pada 1744 ini awalnya bernama Taman Kalepug yang berati suara jatuhnya air di telaga.
Baca tanpa iklan