Beberapa bulan kemudian, pada bulan Desember, Douglas DST dengan tiga awak dan 29 penumpang hilang dalam perjalanan dari San Juan ke Miami.
Kurang dari sebulan kemudian, pada 17 Januari 1949, Avro Tudor milik British South American Airways, Bintang Airel hilang dalam kondisi yang sama.
Hilangnya tiga pesawat penumpang dalam kurun waktu sesingkat itu menciptakan mitos di Segitiga Bermuda.
Cerita tentang kapal besar yang hilang di daerah yang sama selama beberapa dekade sebelumnya menambah misteri yang ada.
Namun, sejak saat itu, pesawat kecil dan penerbangan militer yang hilang di Segitiga Bermuda.
Traveler mungkin mengira bahwa jika Segitiga Bermuda benar-benar memiliki kecenderungan menelan peawat, sehingga maskapai penerbangan akan menghindari terbang di daerah itu.
Namun, pemeriksaan data dari RadarBox.com menunjukkan bahwa banyak pesawat baik komersial maupun pribadi yang melewati segitiga bermuda setiap hari, bahkan di masa COVID-19 saat ini.
Misteri Segitiga Bermuda
Ada banyak teori mengapa Segitiga Bermuda tampaknya menjadi lokasi pesawat dan kapal yang menghilang tiba-tiba.
Penggemar fiksi ilmiah suka percaya bahwa adanya lubang cacing di daerah tersebut, mengirim kapal ke zaman lain, atau alien yang menculik manusia untuk penelitian.
Teori yang sedikit lebih ilmiah telah menjelaskan bahwa kebocoran gas metana di dasar laut mengirimkan gelembung besar ke permukaan.
Sehingga memicu ledakan yang dapat menjatuhkan pesawat atau kapal sebelum sempat mengirimkan sinyal bahaya.
Sementara itu, beberapa berpendapat bahwa puting beliung telah menyeret pesawat ke bawah dan menyebabkan gangguan elektromagnetik, yang akhirnya menyebabkan disorientasi.
Pemanas dan Kompas
Kembali ketika penerbangan komersial ini hilang, Star Tiger saat itu melakukan perjalanan dari London ke segitiga bermuda, dan berhenti di Azores untuk mengisi bahan bakar dalam perjalanan.