Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sempat Bingungkan Ilmuwan, Misteri Zona Gelap yang Meluas di Greenland Akhirnya Terpecahkan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemandangan pegunungan di Greenland

Alga biasanya berwarna hijau, tetapi ketika terkena sinar matahari terus-menerus, mereka berubah menjadi gelap untuk melindungi diri dari kerusakan sinar ultraviolet. 

Inilah yang menggelapkan es dan, ironisnya, menyebabkannya menyerap lebih banyak sinar matahari.

Tetapi sinar matahari saja tampaknya tidak cukup untuk menyebabkan mekar luas yang dilihat para peneliti.

Zona gelap yang meluas di Greenland (MODIF/NASA)

Setelah para peneliti menganalisis sampel yang mereka kumpulkan dari permukaan, "menjadi jelas bahwa fosfor adalah nutrisi terpenting bagi ganggang," kata rekan penulis studi Jim McQuaid, seorang ilmuwan iklim di Universitas Leeds di Inggris, kepada Live Science.

Di Greenland, fosfor berasal dari hidroksilapatit - mineral fosfat yang juga mengandung kalsium,, oksigen dan hidrogen - yang terhembus melintasi es sebagai debu dari batuan yang terekspos. 

"Saat atmosfer semakin hangat karena perubahan iklim, batuan yang terbuka menjadi lebih kering dan angin semakin kencang," kata McQuaid. "Ini berarti lebih banyak debu diangkut melintasi es."

Es yang mencair di daerah tersebut juga mengungkap lebih banyak batuan kaya hidroksilapatit, sehingga meningkatkan fosfor yang tersedia.

Jadi pertumbuhan alga adalah bagian dari umpan balik. 

Pencairan es yang meningkat menyebabkan masukan fosfor yang lebih tinggi, yang memacu pertumbuhan alga yang, pada gilirannya, semakin meningkatkan pencairan es.

"Hal seperti ini akan terus terjadi di masa depan; tidak ada keraguan dalam pikiran saya," kata McQuaid, mengacu pada pencairan yang dipercepat.

Namun, setelah para ilmuwan memahami sepenuhnya fenomena zona gelap, mereka dapat lebih akurat memprediksi seberapa cepat lapisan es Greenland akan mencair.

"Jika kita bisa mengukur jumlah fosfor yang ada di lingkungan, mungkin bisa menerjemahkannya ke perkiraan pertumbuhan alga dan memungkinkan kita untuk lebih memantau laju pencairan es," kata McCutcheon.

Studi ini dipublikasikan secara online pada 25 Januari di jurnal Nature Communications.

Baca juga: Gletser Greenland Hampir Mencair Seluruhnya karena Sensitif pada Kondisi Iklim

Baca juga: Ada Sungai Gelap, Ilmuwan: Airnya Dapat Mengalir 1.000 Kilometer di Bawah Greenland

Baca juga: 5 Tur Virtual dengan Pengalaman Terbaik, Ada Ekspedisi di Greenland hingga Tur Jalan Kaki

Baca juga: 4 Fakta Unik Greenland, Pulau Terbesar di Belahan Bumi Utara

Baca juga: 23 Fakta Unik Starbucks, Jumlah Karyawannya Dua Kali Lipat Dibanding Populasi Greenland

TribunTravel/Ambar Purwaningrum