Terletak di Jl. Husni Thamrin, Kelurahan Beringin, Kecamatan Pasar, Kota Jambi.
menurut pengurus klenteng Hok Tek, klenteng ini merupakan klenteng tertua di Jambi. Usia bangunan terlihat pada sebuah papan nama yang bertuliskan 154 tahun yang lalu.
Pada sisi lain dari papan tersebut, tertera penjelasan mengenai seorang yang telah memberikan sumbangan ketika berkunjung ke klenteng pada tahun 2489 Imlek (1838 M).
Bangunan Klenteng Hok Tek menghadap timur laut, sebagaimana tercermin dari altar yang ada di dalam bangunan.
Seperti klenteng pada umumnya, bentuk atap ruang depan bangunan berjurai dan pelana (hsuan shan), sedangkan ruang utama dan samping atapnya berbentuk pelana dengan dinding tembok (ngang shan).
Kedua bubungannya membentuk symbol naga bermahkota bertanduk dan bertaring. Pada dinding kiri-kanan atas pintu masuk terdapat mural yang menggambarkan kisah Sam Kok dan seorang seorang ibu yang menyelamatkan bayinya dari serangan perusuh jalanan.
6. Kawasan Kota Lama Kolonial Belanda
Terletak di Kelurahan Pasar, Kecamatan Pasar, Kota Jambi.
Termasuk dalam kawasan ini adalah rumah kediaman Gubernur Provinsi Jambi. Disekitar rumah gubernur inilah saat ini masih ditemui bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda, baik bangunan tempat tinggal maupun perkantoran, rumah saskit, dan sekolah. Salah satu yang monumental adalah Kantor Residen Jambi yang saat ini masih dipakai sebagai kantor Satuan Brimob Polda Jambi.
Bangunan lainnya adalah SMP Negeri 1, Rumah Sakit DKT, bangunan ibadah, dan kampus lama Universitas Jambi, dan beberapa tempat tinggal dari bahan kayu yang sebagian masih tersisa.
7. Menara Air, menara yang kini menjadi reservoir PDAM Jambi.
ini merupakan salah satu peninggalan Belanda. Terletak di Kelurahan Murni, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi atau berada di depan Museum Perjuangan Rakyat Jambi dan berada di belakang Masjid Agung.
Menara air, Museum Perjuangan Rakyat Jambi, dan Masjid Agung pada masa Kesultanan Jambi merupakan bekas lokasi Istana Tanah Pilih yang kemudian dihancurkan Belanda dab didirikan benteng pertahanan.
Sebagai bangunan reservoir, menara tersebut berfungsi untuk menampung air minum dengan luas bangunan berdiameter 9.360 m dan tinggi 24.150 m. sejarah mencatat di atas menara air ini pengibaran bendera nerah putih pertama kalinya oleh pejuang Jambi pada tanggal 19 Agustus 1945 atau dua hari setelah diumumkan Proklamasi Kemerdekaan RI.
8. Makam Belanda/Kerkhof (1900 – 1950)
Terletak di Kelurahan Beringin, Kecamatan Beringin, Kota Jambi.
Kerkhof ini merupakan bagian dari saksi sejarah ketika Belanda berkuasa di Jambi sejak tahun 1833-1945. Di samping makam orang Belanda dan keturunannya juga terdapat makam tentara Jepang yang pada masa penjajahan juga pernah menduduki Jambi.
9. Bunker Jepang
Terletak di Kelurahan Pall Merah, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi.
Lokasi bunker saat ini berada di dalam kompleks Bandar Udara Sultan Thaha Syaifudin. Bandar udara tersebut dibangun pada masa penjajahan Belanda dan ketika tentara Jepang menduduki Jambi pada masa Perang AsiaPasifik, salah satu bagian dari sisi landasan pacu didirikan bunker.
Bunker terbuat dari cor beton berdinding tebal, berdenah persegi, daun pintu masuk terbuat dari besi, pada bagian atas dilengkapi empat cerobong.
Sedangkan pada dinding yang menghadap ke landasan pacu terdapat tiga jendela untuk penempatan senjata mesin.
Baca juga: Kisah Mistis Wisata Religi Candi Tebing Jukut Paku di Bali
Baca juga: Menilik Candi Sukuh, Ternyata Memiliki Bangunan yang Mirip dengan Piramida Suku Maya
Baca juga: Svarga Bumi, Tempat Wisata Baru di Tengah Persawahan dengan Latar Candi Borobudur
Baca juga: Candi Mendut dan Pawon di Magelang Kembali Dibuka, Wisatawan Wajib Patuhi Protokol Kesehatan
Baca juga: Fakta Unik di Balik Kemegahan Candi Prambanan, Berdiri Kokoh di Atas Endapan Gunung Merapi Muda
Artikel ini telah tayang diTribunJambiTravel.com dengan judul "9 Cagar Budaya Yang Terdapat di Kota Jambi, Makam Belanda Hingga Bunker Jepang"
(TribunTravel.com/ Septi Nandiastuti)