Salju setebal 16 inci juga pernah menyelimuti daerah ini pada Januari 2018 silam.
Dalam sebuah artikel Forbes pada saat itu, dikatakan turunnya salju di gurun merupakan fenomena langka yang baru terjadi tiga kali dalam 37 tahun, dengan dua tahun terakhir pada 1979, 2016 dan 2017.
Ain Sefra yang dikenal sebagai "pintu gerbang menuju gurun", memiliki suhu rata-rata 99,7 derajat Fahrenheit selama bulan Juli.
Wilayah Afrika utara dan barat yang ditutupi tutupan Gurun Sahara telah mengalami fluktuasi suhu dan curah hujan tinggi sepanjang sejarah.
Meskipun saat ini iklim gurun kering dan gersang, hal ini tidak selalu terjadi.
Penelitian menunjukkan Afrika utara pernah lembab dan subur, danau-danau besar muncul, tumbuhan subuh.
Dalam 15.000 tahun atau lebih, diperkirakan gurun Sahara akan menjadi subur dan hijau kembali.
Sementara Afrika Utara berayun di antara iklim basah dan kering setiap 20.000 tahun, karena perubahan poros bumi saat planet mengorbit matahari.
Sahara bukan satu-satunya tempat di mana cuaca berubah secara tak terduga dalam beberapa pekan terakhir.
Dilansir Geo News, hujan salju di wilayah Aseer Arab Saudi telah membuat pegunungan dan gurun diselimuti warna putih.
Fenomena ini membuat penduduk lokal dan turis asing berbondong-bondong ke sana untuk menyaksikannya.
Namun, saat ini hampir setengah abad berlalu sejak suhu di wilayah Aseer turun di bawah titik beku,.
Penduduk setempat yang menyaksikan pemandangan surealis nan indah itu pun mengungkapkan rasa senangnya.
Baca juga: Sejumlah Biksu di Jepang Habiskan Hidupnya Bertahun-tahun untuk Jadi Mumi, Prosesnya Mengerikan
Baca juga: Viral di Medsos, Sosok Mengerikan di Balik Jendela Terekam Kamera Google Maps Street View
Baca juga: Benarkah Kucing Bisa Memprediksi Gempa Bumi? Ini Jawabannya
Baca juga: Takut Terbang Pulang karena Corona, Pria Ini Pilih Tinggal di Bandara Selama 3 Bulan
Baca juga: Saat Salju Turun, Kuil Gunung Ini Berubah Jadi Tempat Terindah di Kyoto
(TribunTravel/tyas)