Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Pemerintah Amsterdam Berencana Akan Larang Turis Kunjungi Kedai Kopi dan Beli Ganja, Kenapa?

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana siang hari di Amsterdam, Belanda, Rabu (23/5/2018).

Kawasan De Wallen merupakan lokasi Red Light District, situs prostitusi terbesar di Amsterdam yang berisi banyak kedai kopi.

Sementara kawasan Singel juga memiliki banyak kedai kopi dan kafe.

Adapun larangan pembelian ganja di Amsterdam diharapkan dapat mengurangi jumlah turis yang berkunjung ke kota itu.

Rencana ini juga untuk menangani kejahatan terorganisir di pusat kota.

Ini bukan pertama kalinya pemerintah Amsterdam mencari cara untuk mengurangi jumlah turis.

Pada 8 Januari lalu, Walikota Halsema mengusulkan untuk memperkenalkan 'kriteria penduduk' yang hanya mengizinkan penduduk setempat untuk datang ke kedai kopi.

Sehingga mengurangi daya tarik ganja bagi wisatawan dan membuat pariwisata di Amsterdam lebih mudah dikelola.

Pengguna sepeda di kawasan Singel, Amsterdam, Belanda, Kamis (24/5/2018). (TRIBUNTRAVEL.COM/SINTA AGUSTINA)

Sementara pada 2020, pajak turis dinaikkan dan sanksi yang lebih keras diberlakukan pada penyewaan Airbnb untuk memerangi overtourism di Amsterdam.

Larangan pembelian ganja baru diharapkan mulai berlaku tahun depan.

Saat ini, semua toko non-esensial, termasuk kedai kopi di Belanda ditutup karena adanya pembatasan akibat COVID-19.

Sebagai informasi, meskipun kedai kopi di Amsterdam menjual ganja legal, namun produksi 'barang terlarang' itu ilegal di Belanda.

Baca juga: Sepeda Parkir Dianggap Rusak Pemandangan Kanal, Amsterdam Akan Pasang Pot Bunga di Jembatan

Baca juga: Moskow, Amsterdam, dan 6 Destinasi Populer di Dunia yang Dijuluki Kota Dosa

Baca juga: Resep Poffertjes, Pancake Berbentuk Bulat Seperti Bola yang Berasal dari Belanda

Baca juga: Sejarah Bandara Heathrow, Bandara Tersibuk di Eropa yang Layani 89 Juta Penumpang Tiap Tahun

Baca juga: 4 Kisah Road Trip Paling Seru Sepanjang 2020, Ada yang Keliling Eropa-Asia Naik Mobil Selama 7 Tahun

(TribunTravel.com/Sinta Agustina)