Bermalam di tempat yang rendah
Saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi, Rahman menyarankan agar para pendaki bermalam di tempat yang lebih rendah.
“Misal di ketinggian 2.000 mdpl, mendaki sampai 2.700 mdpl. Kalau bisa kita bisa bermalam di ketinggian 2.500 mdpl,” ungkap Rahman.
Kendati terlihat seperti menghabiskan waktu, namun cara tersebut merupakan langkah yang tepat agar tubuh terbiasa dengan lingkungan sekitar.
Jaga daya tahan tubuh
Saat sedang mendaki, pastikan asupan makanan dan minuman tetap terjaga agar daya tahan tubuh tetap stabil dan tubuh tidak mengalami dehidrasi.
“Faktor yang penting itu minum air putih. Istirahat yang cukup malamnya. Jadi mendakinya dari pagi ke sore tidak lebih dari 8 jam, lalu istirahat yang teratur dan cukup sekitar 6-8 jam,” kata Rahman.
Menurutnya, proses aklimatisasi sering disertai dengan kehilangan cairan. Mengonsumsi banyak cairan sekitar 4-7 liter air per hari dapat mencegah tubuh terserang dehidrasi.
Untuk asupan makan, Rahman menyarankan pendaki untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi. Selanjutnya, hindari mengonsumsi minuman beralkohol, dan gunakan pakaian serta peralatan yang nyaman dan sesuai.
“Jika mulai menunjukkan gejala AMS ringan, jangan mendaki lebih tinggi sampai gejala penyakit berkurang. Jika gejala meningkat, segera turun ke tempat yang lebih rendah,” ujar Rahman.
“Pastikan setiap orang dalam tim benar-benar mampu menyesuaikan dengan iklim, cuaca, dan ketinggian sebelum mendaki ke tempat yang lebih tinggi,” tutupnya.
Baca juga: 3 Aksi Pendaki di Indonesia yang Viral di Medsos, Taruh Plakat Nikah hingga Dugem di Gunung
Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Andong Kembali Dibuka, Ini Syarat Bagi Pendaki
Baca juga: Libur Panjang, Kuota Pendakian Gunung Semeru Penuh Sampai 31 Oktober 2020
Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Sumbing Via Butuh Dibuka Saat Libur Panjang, Pendaki Wajib Booking Online
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Tips Cegah Acute Mountain Sickness Saat Pendakian
Baca tanpa iklan