Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ada Pandemi Covid-19, Grebeg Maulud dan Sekaten 2020 di Keraton Yogyakarta Ditiadakan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Alun-alun Lor Keraton Yogyakarta

TRIBUNTRAVEL.COM - Pandemi Covid-19 membuat, Keraton Yogyakarta dipastikan tidak mengelar tradisi Grebeg Maulud dan Sekaten 2020.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari klaster Covid-19 baru.

Kedua tradisi tersebut dikhawatirkan menjadi klaster baru karena mendatangkan massa atau mengumpulkan orang.

“Kedua upacara berpotensi mendatangkan massa. Sesuai anjuran pemerintah, sekarang ditiadakan,” kata Carik Tepas Museum Kraton Yogyakarta RA. Siti Amieroel N seperti dikutip TribunTravel dari Kompas.com, Minggu (25/10/2020).

Baca juga: Pandemi Covid-19, Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Ditiadakan

Meski tradisi menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW pada Kamis (29/10/2020) ditiadakan, sambung dia, prosesi tetap ada dengan dilakukan secara internal.

Selain Grebeg Maulud dan Sekaten, ritual adat lain, seperti Miyos Gangsa dan Kondur Gangsa pun tidak dilakukan.

“Ada beberapa hal yang jadi peraturan di dalam keraton. Miyos Gangsa jatuh pada malam Jumat, jadi tidak diperkenankan membunyikan gamelan,” kata Amieroel.

Sama halnya dengan Miyos Gangsa, Kondur Gangsa pun tidak bisa dilakukan karena bertepatan pada malam Jumat.

Selanjutnya, parade prajurit yang biasa dilakukan pada akhir perayaan Sekaten, yakni Grebeg Maulud juga ditiadakan.

Miyos Gangsa dan Kondur Gangsa

Amieroel menambahkan, esensi Sekaten adalah syiar agama Islam yang dilakukan di masjid besar. Caranya adalah dengan “memiyoskan gangsa” atau mengeluarkan gamelan ke masjid tersebut.

“Supaya menarik perhatian orang-orang untuk datang ke masjid guna mendengarkan apa itu Islam, dan lain sebagainya. Menceritakan tentang riwayat Nabi Muhammad SAW,” imbuh dia.

Baca juga: Itinerary Weekend di Jogja, 1 Hari Sekitar Keraton Yogyakarta

Mengutip Antara, Senin (12/10/2020), Miyos Gangsa adalah proses keluarnya gamelan Sekaten, yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga dari Bangsal Ponconiti Keraton ke Masjid Gedhe Kauman.

Selanjutnya, penabuhan gamelan akan berlangsung sejak pagi hingga malam secara bergantian.

Halaman
12