Mereka mengutarakan maksud agar bisa bekerja.
Siswanto yang semula merupakan seorang fotografer itu lantas menerima mereka untuk belajar fotografi.
"Saya mengajak mereka (belajar fotografi) karena mereka minat bekerja.
Mereka kemudian menjadi binaan saya," terang sapaan akrab Pak Sis itu.
Lambat laun, kata Siswanto, keseharian pemuda di kampung tersebut pun berubah.
Mereka mulai banyak menghabiskan waktu untuk belajar fotografi hingga mampu menghasilkan uang dari membuka jasa fotografi.
Hingga pada tahun 1990-an, kata dia, banyak dari pemuda-pemuda itu yang menawarkan jasa fotografi hingga ke luar daerah.
"Awalnya yang tidak punya kamera, saya pinjami.
Kemudian saat mereka sudah bisa, membuka jasa fotografi sendiri," tukasnya. (idy)
Baca juga: Dijuluki Tol di Atas Awan Batang, Kendaraan Harus Ekstra Hati-hati saat Melintasi Jalur Ini
Baca juga: Suka Ngopi? Cobain Sensasi Minum Kopi Bernuansa Horor di Jokopi Surabaya
Baca juga: Pemerintah Inggris Bentuk Tim Gugus Depan untuk Pulihkan Pariwisata dan Perjalanan Internasional
Baca juga: Selat Gibraltar, Tempat Bertemunya Dua Jenis Air Laut Berbeda yang Menjadi Fenomena
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Menengok Kampung Photography Semarang, Mulai Cerita Suram hingga Lahirkan Puluhan Photographer
Baca tanpa iklan