Namun kemudian saya mengalami dilema, karena ada menu minuman espresso base lainnya yang belum pernah saya lihat di kafe lain.
Menurut Aldo, sang barista Co-Laboreat, minuman asli racikan Co-Laboreat adalah Thicky Milky Coffee, sehingga tak akan ditemukan di tempat lain.
Daripada kelamaan bingung, akhirnya saya pesan Flat White dan Thicky Milky Coffee itu. Pertimbangannya, kedua minuman itu mengandung susu cukup banyak sehingga rasanya tak akan membuat saya sulit tidur.
Sementara Ika tertarik dengan Jamaican Rum Coffee, dan Janur memilih teh hijau. Dia memang tak suka kopi, tapi ngajak ketemu di kafe.
Untuk makannya, kami memilih pasta dan mie. Ketika itu Co-Laboreat baru memiliki dua menu itu, karena mereka baru beroperasi sepekan.
Selain itu, kata Suryadi, mereka memang fokus ke kopi dulu, sehingga menu makanan akan dikembangkan kemudian.
Untuk menu kopi, selain menuman espresso base Co-Laboreat menyediakan menu manual brew juga. Pilihannya dari V60, Chemex, Kalita Wave, Japanese, dan tentu saja Tubruk.
Ada pula menu cold brew yang saat ini sudah wajib ada di kafe-kafe.
Flat White datang duluan karena memang paling mudah proses pembuatannya. Begitu seruputan pertama memenuhi mulut, aduh...rasanya enak sekali.
Gurihnya susu dan rasa khas kopi yang pahit tapi enak itu berpadu dengan akrab di rongga mulut, tanpa saling menjatuhkan. Itulah Flat White di mulut saya, sehingga ia menjadi favorit.
Apalagi Flat White selalu disajikan panas, sehingga kehangatannya memberikan sensasi nyaman juga.
Kemudian saya mencoba si Thicky Milky Coffee yang merupakan minuman dingin.
Wow, enak juga. Di minuman ini rasa susu lebih dominan di mulut, namun rasa si kopi akan menyusul begitu ditelan.
Efek yang diberikan minuman ini adalah segar, sehingga cocok dinikmati di siang hari atau di hari yang panas.
Sumatra dan Brazil
Baca tanpa iklan