Di dalam saffron terkandung beberapa komponen kimia yaitu picrocrocin, crocin dan safranal. Kualitas saffron dipengaruhi oleh 3 komponen kimia tersebut.
Picrocrocin, crocin dan safranal dikenal mahal karena mampu menimbulkan rasa, warna, dan aroma khas saffron.
3. Proses panen saffron masih manual
Panen saffron dilakukan secara manual dan hati-hati, sebab putik saffron yang segar sangat rapuh dan mudah rusak.
Proses panen saffron dimulai dengan memetik bunga, kemudian memisahkan putik saffron (stigma) dengan bunganya. Langkah selanjutnya adalah mengeringkan stigma.
Proses pemetikan dilakukan pada pagi dini hari untuk hasil saffron terbaik. Semua proses tersebut tidak menggunakan bantuan mesin alias dikerjakan secara manual menggunakan tangan.
Sebanyak 450 gram saffron dihasilkan dari 170.000 bunga Crocus sativus.
Bunga yang dipilih pun tidak sembarangan, harus memiliki stigma yang sempurna. Proses pemetikan untuk 450 gram saffron memerlukan waktu setidaknya 6 jam per hari.
Proses panen secara manual dan membutuhkan waktu lama ini turut memengaruhi mahalnya harga saffron.
4. Permintaan tinggi untuk rempah dan pewarna alami
Saffron menjadi salah satu rempah yang sering digunakan dalam masakan sehari-hari khas Persia. Belum ditemukan rempah lain yang dapat menggantikan kenikmatan saffron.
Pada masakan, saffron dapat digunakan untuk memperkaya rasa masakan. Rempah ini juga berfungsi sebagai pewarna alami kuning emas.
Saffron membuat masakan terasa lebih lezat berkat 3 komponen kimia yang memengaruhi kualitas rempah ini.
• Inilah Saffron, Rempah Termahal di Dunia yang Dihargai Rp 70 Juta
• Saffron Dijuluki Rempah Termahal di Dunia, 1 Ponnya Lebih dari Rp 70 Juta
• Keistimewaan Ini yang Sebabkan Saffron Jadi Bumbu Dapur Termahal, Rp 140 Juta Per Kilogram
• Mulai Cokelat Hingga Saffron, Ini 5 Makanan Termahal di Dunia. Harganya Capai Ratusan Juta!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 4 Alasan Saffron Jadi Rempah Termahal di Dunia, Harganya Capai Puluhan Juta Rupiah
Baca tanpa iklan