Buburnya memang tawar, tidak terasa gurih. Tidak ada kuah kaldu yang merendam bubur.
Rasa gurih disumbangkan dari suiran ayam dan tongcai, sejenis sawi putih yang diasinkan.
Joni menjelaskan bubur tidak menggunakan garam dan msg. Bubur diolah dengan bahan-bahan alami saja.
"Bubur ini rasanya tawar. Disantap bersama tongcai dan suiran ayam agar terasa gurih karena ayamnya telah dibumbui," jelas Joni kepada TribunJakarta.com pada Kamis (3/9/2020).
Bila kurang gurih, di atas meja tersedia kecap manis, kecap asin, dan lada sebagai penyedapnya. Sambalnya pun juga menjadi kondimen yang melengkapi rasa bubur.
Perbedaan lain, topping cakwe sengaja digiling halus. Ketika dihidangkan, bentuknya sudah tidak mirip seperti irisan cakwe.
Nah, putih telur yang sudah dipisahkan dari kuningnya menjadi salah satu bahan dasar pembuatan cakwe.
Porsi bubur setengah dan telur sudah cukup bikin kenyang.
Selain menu bubur, anda bisa mencoba menu lain di antaranya nasi goreng, mie goreng, dan martabak.
Ada juga roti canai yang menjadi sajian manis karena ditaburi dengan gula.
Namun, bila tak sempat sarapan di sini, tenang saja, kedai bubur ini bahkan ramai di kala jam makan siang dan malam hari.
• Lezatnya Bubur Ayam Haji Jewo, Kuliner Legendaris di Menteng yang Jadi Langganan Keluarga Cendana
• 6 Bubur Ayam di Malang untuk Sarapan Pagi, Ada yang Disajikan dengan Kuah Kari
• 7 Bubur Ayam Enak di Bandung untuk Menu Sarapan, Ada yang Sajikan Topping Unik
• Lagi di Bandung? Jangan Lupa Cicipi Uniknya Bubur Ayam dengan Topping Bulgogi
• Bubur Ayam Termahal di Zamannya, Harganya Seratus Kali Lipat Harga Bubur Biasa, Apa Istimewanya?
Artikel ini telah tayang di Tribuntribunjakartatravel.com dengan judul Bubur Ayam Legendaris khas Cirebon nan Harum HR Sulaiman di Cikini
Baca tanpa iklan