Kue datar yang dibuat oleh orang-orang Yunani kuno itu bernama ebelios.
Ebelios dimasak di antara dua piringan besi panas.
Makanan ini pun menyebar di Eropa pada abad pertengahan.
Kue tersebut dibuat dari campuran tepung, air atau susu, dan sesekali ditambahkan telur, kemudian dikenal sebagai wafer.
Kadang kala sajian ini juga dimasak di atas api dengan menggunakan piringan besi panjang.
Kemudian sekitar abad ke-13, wafer muncul dengan aneka bentuk yang berbeda.
Mulai dari lambang keluarga dan pemandangan alam hingga pola bergaris yang kini jadi ciri khas wafer.
Pada abad pertengahan dan Renaisans, wafer dimakan oleh semua lapisan masyarakat, dari masyarakat kecil sampai raja-raja.
Seringkali wafer dimakan pada momen berbau agama dan hari suci.
Wafer dijual oleh pedagang kaki lima yang berkumpul di luar gereja.
Orang Inggris menyebutnya ‘waferers’ dan orang Perancis menyebutnya ‘gaufriers’.
Orang Belanda sangat menyukai wafer yang mereka sebut sebagai ‘wafles’.
Koloni pun memperkenalkannya ke Dunia Baru pada awal abad ke-17.
Di Dunia Baru inilah kue ini kemudian bertemu dengan ‘teman sejatinya’, yakni sirup maple.
Pada 1735, ‘wafles’ kemudian mendapatkan tambahan huruf ‘f’, menjadi waffle.