Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Cegah Hipotermia Saat Naik Gunung, Ini 7 Perlengkapan Pendakian yang Wajib Dibawa

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pendaki mendaki Gunung Prau via basecamp Patakbanteng, Dieng, Wonosobo, Sabtu (30/12/2017).

Kemudian, lapisan berikutnya adalah pakaian biasa yang mudah kering, tetapi bisa menahan angin. Ia mengatakan, pakaian ini biasa digunakan oleh tentara dan berbahan ringan.

"Pakaian ini berbeda dengan jeans, atau cotton. Ini bahan baru seperti ripstop yang untuk tentara umumnya. Itu bisa nahan angin dan juga kalau basah cepat kering. Itu yang dipakai untuk lapisan keduanya," ujar dia.

Lapisan ketiga yaitu pakaian sweater bisa dari wol atau olahan wol yang lebih tipis.

Saat ini, ada pakaian berbahan wol sintetis dari botol mineral bekas yang diolah dan dijadikan sweater.

Lapisan terluar yaitu memakai jaket, seperti layaknya menggunakan jas hujan tahan air.

Para pendaki bisa memilih jaket luar yang berbahan PVC.

"Itu lebih tahan air hujan, tapi orangnya basah juga karena keringat," imbuh Adiseno.

2. Syal penutup leher

Tips Simple Memakai Syal ala Korea (DHgate)

Beberapa bagian tubuh yang masih terbuka rawan juga terserang dingin yaitu leher.

Oleh karena itu, bagian ini harus tertutup.

Pendaki bisa membawa syal untuk alat penutup leher guna menghindari suhu dingin di gunung.

"Ada bagian-bagian tubuh kita yang kalau terbuka mengalirkan panas keluar dengan deras, terutama di bagian leher sampai ke pangkal leher. Jadi di bagian itu umumnya selalu lebih baik tertutup," kata Adiseno.

3. Masker atau baff

Ada lagi bagian yang masih terbuka di tubuh kita, yaitu bagian mulut dan hidung.

Bagian ini lebih baik ditutup untuk mencegah suhu dingin masuk ke tubuh pada malam hari.

Halaman
1234