Perjuangannya telah menjadi simbol hak-hak sipil. Ratusan sukarelawan dan aktivis bersatu mendukungnya selama bertahun-tahun.
Takao menyatakan dia pernah diiming-imingi uang tunai yang sangat besar dengan catatan dia harus meninggalkan tanahnya tersebut.
“Mereka menawari saya 180 juta yen (1,7 dollar AS atau Rp 25 miliar). Itu setara dengan gaji seorang petani selama 150 tahun. Saya tidak tertarik dengan uang, saya ingin terus bertani. Saya tidak pernah berpikir untuk pergi," kata dia.
Bandara Narita melayani sekitar 40 juta penumpang dan 250.000 penerbangan dalam setahun.
Dua landasan pacu bandara itu kedua seharusnya melewati tanah Takao Shito.
Tetapi karena Takao berkukuh tidak menjual tanahnya, landasan pacu bandara itu harus didesain sedemikian rupa.
• Viral Turis Jepang Ditilang Polisi Bali, Bawa Surat Lengkap tapi Dimintai Uang Rp 1 Juta
• Kenapa Orang Jepang Tidak Suka Makan Tempura Bersama dengan Semangka?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Seorang Petani yang “Ngeyel” Bertani dan Tinggal di Dalam Bandara Selama 20 Tahun Lebih"
Baca tanpa iklan