Sebagian besar petani lain di daerah itu telah dirayu untuk menjual tanah mereka dengan insentif yang lumayan, tetapi Toichi Shito tidak mau.
Keyakinan ini diwarisi Takao sebagai seorang anak.
Ketika ayahnya meninggal pada usia 84 tahun, dia berhenti dari pekerjaannya di bisnis restoran dan memilih bertani untuk keluarga dan melanjutkan perjuangan leluhurnya.
Takao Shito terus-menerus terlibat dalam perselisihan hukum dengan pihak yang secara paksa mengusirnya dari tanah yang telah ditanami ayahnya selama lebih dari 100 tahun.
Meski melelahkan, tetapi dia tidak berniat mundur.
Perjuangannya pun menarik ratusan sukarelawan dan aktivis bersatu mendukungnya selama bertahun-tahun.
"Aku ditawari uang asalkan mau meninggalkan ladangku," kata Takao kepada BBC.
"Mereka menawarkan 180 juta yen. Itu setara dengan gaji seorang petani selama 150 tahun. Tapi aku tidak tertarik dengan uang dan ingin terus bertani. Aku juga tidak pernah berpikir untuk pergi," ujarnya.
Bandara Narita adalah gerbang internasional utama Tokyo yang dikunjungi sekitar 40 juta penumpang dan 250.000 penerbangan setahun.
Landasan pacu kedua seharusnya melewati tanah Takao Shito, tetapi karena masalah hukum, landasan pacu tersebut dibuat mengelilinginya.
• 7 Kota Populer Dunia yang Punya Julukan Unik, Kairo Dijuluki Ibu Dunia
• Fakta Unik Rojo-ne, Fenomena Orang Tidur di Tengah Jalan yang Buat Polisi Jepang Kewalahan
• Fakta Unik Buddha Hotei, Patung Buddha di Jepang yang Dibangun oleh Ahli Akupuntur
• Fakta Unik di Balik Kebiasaan Orang Jepang Makan Mi Diseruput
TribunTravel.com/rizkytyas
Baca tanpa iklan