Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Jaga Tanah Leluhur, Seorang Petani Tinggal di Tengah Bandara Terbesar ke Dua di Jepang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ladang pertanian Takao Shito di tengah Bandara Narita, Jepang

TRIBUNTRAVEL.COM - Memiliki rumah tinggal dekat bandara bukanlah hal yang mudah.

Suara bising pesawat lepas landas dan mendarat jelas mengganggu telinga.

Tapi, ada seorang petani Jepang yang sanggup tinggal di tempat dengan kondisi seperti ini.

Ialah keluarga Takao Shito, petani sayuran yang mewarisi tradisi keluarga lebih dari dari 100 tahun.

Kakeknya adalah seorang petani, ayahnya juga, dan sekarang dia juga memiliki profesi yang sama.

Hanya saja ada hal-hal yang sedikit berbeda dari Shito dengan leluhurnya.

Dahulu kebun pertanian Shito adalah desa yang dihuni 30 keluarga yang dikelilingi ladang terbuka,.

Namun desa ini kini berdiri sendiri di tengah Bandara Narita, bandara terbesar kedua di Jepang.

Pesawat terbang melintas di atas kepalanya 24 jam setiap sehari.

Satu-satunya cara untuk pergi dan pulang dari ladang adalah melewati terowongan bawah tanah.

Kebanyakan orang tidak sanggup tinggal di sini dan sangat ingin pindah, tapi tidak dengan Takao Shito.

Dia tetap berjuang mempertahankan ladangnya selama lebih dari dua dekade.

Shito bahkan menolak tawaran lebih dari 1,7 juta dolar untuk tanahnya.

Mengutip dari laman Odditycentral, Rabu (19/8/2020), "ini adalah tanah yang diwarisi oleh tiga generasi selama hampir satu abad, oleh kakek ku, ayah ku dan aku sendiri. Aku ingin terus tinggal di sini dan bertani," kata Shito kepada AFP beberapa tahun lalu.

Ayah Takao, Toichi, adalah petani paling gigih yang telah menghalangi rencana Pemerintah untuk memperluas Bandara Narita sejak tahun 1970-an.

Halaman
12