Meskipun demikian, tradisi tahunan ini telah mengundang berbagai kritik.
Pasalnya, puluhan paus dibunuh di tepi laut hingga membuat lautan merah oleh darah.
Selain itu, paus yang diburu adalah jenis paus pilot yang populasinya mulai langka.
Perburuan paus hanya terjadi ketika ikan paus terlihat secara kebetulan dan cukup dekat untuk menepi ke pantai atau teluk dangkal.
Undang-undang kesejahteraan hewan Kepulauan Faroe menetapkan, hewan dibunuh secara cepat tanpa menyiksa atau menyakiti.
Ikan paus biasanya dibunuh dengan tombak di bagian tulang belakang yang digunakan untuk memotong sumsum tulang belakang.
Akibatnya, suplai darah ke otak terputus yang berarti paus akan kehilangan kesadaran dan mati dalam hitungan detik.
Namun, paus ini sudah mulai jarang dikonsumsi warga pada hari-hari biasa setelah diketahui mengandung merkuri tinggi.
Sama seperti paus lainnya, paus pilot mengakumulasi logam berat seperti merkuri.
Tahun 2008, Departemen Kesehatan Kepulauan Faroe menyatakan, paus pilot berbahaya dikonsumsi karena mengandung DDT, PCB dan merkuri dalam daging.
Meskipun demikian, tradisi berburu paus di pulau ini masih terus berjalan meskipun jumlahnya tidak sebanyak dulu.
• Terlihat Ngeri, Ritual Hidupkan Kembali Jasad Leluhur Manene di Tana Toraja Punya Makna Mendalam
• Menilik Petroleum Geoheritage Wonocolo Bojonegoro, Wisata Tambang Minyak Tradisional Tertua di Dunia
• Mengenal Tradisi Bekintangon, Pacaran Ala Orang Rimba, Berani Pegang Tangan Dikenakan Denda
• Fakta Kelam di Balik Tradisi Panjat Pinang, Lomba Wajib di Perayaan Kemerdekaan Indonesia
• 5 Tradisi Unik Pernikahan Berbagai Negara, Pria di Rumania Harus Bayar Tebusan untuk Pasangannya