Menu andalan itu adalah kuah rendang.
Bila Saryoto yang sedang melayani pembeli, ia selalu menawarkan kuah rendang.
"Andalan di sini kuah rendang. Setiap orang yang ke sini pasti saya tawarkan kuah rendang. Rasanya khas," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (28/7/2020).
Selain karena rasanya yang khas dan beda dari warteg kebanyakan. Kuah rendang juga diminati anak-anak usia tanggung dengan kondisi uang pas-pasan.
Saryoto mengisahkan anak-anak nakal tersebut kerap memesan nasi bungkus dengan menyebutnya "nasi perang".
"Bilangnya nasi perang. Nasi kuah rendang, sama tempe satu dan sambal. Adanya cuman di sini Rp 5 ribu. Dulu kalau malam abis pada tawuran, mereka mesen di sini," lanjutnya.
Istri Saryoto, Kona'ah (50) menambahkan perbedaan lainnya juga terletak pada jumlah menu makanan yang disajikan.
Warteg Warmo menyediakan kurang lebih sekitar 60 varian makanan. Selain aneka tumisan, tersedia juga boga bahari seperti ikan, cumi dan udang.
Mahal?
Sebagian pengunjung berkomentar makanan di Warteg Warmo, warung makan sederhana yang legendaris di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini harganya mahal.
Hal itu bisa dilihat dari komentar warga net di sejumlah video yang bisa ditonton di situs Youtube dengan kata kunci "Warteg Warmo".
Saryoto menjelaskan terkait komentar para pengunjung yang teriak mahal.
Menurutnya, ukuran lauk yang disajikan terbilang besar untuk satu porsi. Ukuran lauk yang besar menentukan harga jual.
Ia mencontohkan satu ekor ayam biasanya dibagi menjadi 8 potong sedangkan di Warteg Warmo satu ekor ayam dijual 4 potong.
"Secara ukuran otomatis menaikkan harga. Saya kan dipotong 4 ayamnya jadi lebih besar. Kalau di sini kan orang makannya royal jadi kalau ayamnya kecil dia nanti bisa ngambil tiga," jelasnya kepada TribunJakarta.com.
Baca tanpa iklan