Tak hanya itu, di kawasan ini juga menjadi tempat dimakamkannya para pengikut Kyai Mojo beserta keturunannya.
Kyai Mojo bersama dengan 62 orang pengikutnya yang dibuang di Minahasa kemudian beranak pinak.
Semua pengikut Kyai Mojo adalah laki-laki, mereka kemudian menikah dengan wanita-wanita asal Minahasa.
Hal inilah yang menjadi cikal bakal adanya Kampung Jawa Tondano.
Nama Kyai Mojo sendiri diabadikan sebagai nama Masjid yang ada di Kampung Jawa Tondano.
Penduduk Kampung Jawa Tondano begitu lekat dengan budaya Minahasa.
Bahkan mereka mahir berbahasa daerah Minahasa.
Warga Kampung Jawa Tondano hidup rukun berdampingan dengan warga Nasrani.
Kerukunan sudah terjalin erat sejak lama, bahkan ketika hari-hari besar keagamaan tiba mereka saling bersilahturahmi dan gotong royong menyukseskan helatan acara.
• Menelusuri Kisah Kuburan Orang Minahasa Kuno di Desa Sawangan
• Pasar Hutan Ranolewo di Minahasa, Perpaduan Wisata Pasar dan Kuliner di dalam Hutan
• Mengenal Sosok Walanda Maramis, Pahlawan Tanah Minahasa yang Ditampilkan Google Doodle Hari Ini
• 5 Fakta Bukit Kasih di Minahasa, Dulunya Jadi Pusat Berkumpul Umat Berbagai Agama
• Panorama Keindahan Minahasa Tenggara: Kekayaan Alam Bawah Laut sampai Kuliner yang Lezat
Artikel ini telah tayang di Tribuntribunmanadotravel.com dengan judul Ziarah ke Makam Kyai Mojo, Ulama Penentang Belanda yang Dibuang di Minahasa