Resolusi kabinet juga secara efektif membatalkan rencana rehabilitasi sebelumnya yang dirancang bersama oleh Thai Airways dan Komite Kebijakan Perusahaan Negara (SEPC), yang mendukung Kementerian Keuangan bertindak sebagai penjamin pinjaman 54 miliar baht untuk menopang Thai Airways.
Ini juga akan melibatkan pemisahan maskapai menjadi unit komersial terpisah dengan Thai Airways berfungsi sebagai perusahaan induk.
Prayut mengatakan pengadilan kebangkrutan akan menunjuk profesional untuk melaksanakan rencana rehabilitasi Thai Airways yang diharapkan akan mengubah maskapai.
Dia menambahkan bahwa pembawa nasional telah menjadi duta budaya untuk Thailand.
Pada Selasa (19/5/2020), Menteri Keuangan Uttama Savanayana mengatakan Kantor Kebijakan Perusahaan Negara akan membuat rencana untuk menurunkan kepemilikan saham di Thai Airways dari kementerian dari 51,03 persen menjadi di bawah 50 persen, yang akan mengakhiri status perusahaan penerbangan milik negara.
Setelah penjualan saham oleh kementerian, semua kecuali tiga anggota dewan maskapai akan mengundurkan diri.
Mereka yang tertinggal akan bergabung dengan tiga anggota dewan baru, yang diharapkan adalah Tevin Wongwanich, presiden dan kepala eksekutif PTT Exploration and Production Plc; Presiden GSB Chartchai Payuhanaveechai; dan Charamporn Jotikasthira, mantan presiden Thai Airways.
• Batal Karena COVID-19, Festival Air Songkran di Thailand Rencana Akan Digelar Bulan Juli 2020
• Ini Persyaratan yang Wajib Dipenuhi Penumpang Jika Terbang Menggunakan Maskapai Lion Air Group
• Terdampak Virus Corona, Maskapai Penerbangan Emirates Berencana PHK 30.000 Karyawan
• Melanggar Aturan Physical Distancing, Kemenhub Berikan Sanksi kepada Maskapai Batik Air
• 7 Maskapai Penerbangan Paling Aneh di Dunia, Ada Pet Airways yang Khusus untuk Binatang
(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)