Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Terdampak Virus Corona, Maskapai Penerbangan Emirates Berencana PHK 30.000 Karyawan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maskapai Emirates Airbus A380

TRIBUNTRAVEL.COM - Gelombang PHK terus meluas di berbagai negara seiring wabah virus corona yang belum melemah.

Banyak perusahaan yang babak belur terkena dampak pembatasan dan penguncian yang diterapkan negara untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Perusahaan penerbangan termasuk yang paling terdampak virus corona, beberapa di antaranya bahkan telah bangkrut.

Maskapai penerbangan raksasa dunia Emirates Group baru-baru ini mengutarakan rencananya untuk mem-PHK sekitar 30.000 karyawannya guna mengurangi beban biaya perusahaan di tengah bayang-bayang Covid-19.

Bloomberg pada Minggu (17/5/2020) melaporkan, PHK yang dilakukan Emirates tersebut akan menurunkan jumlah karyawannya sekitar 30 persen dari 105.000 karyawannya pada akhir Maret lalu.

Perusahaan juga mempertimbangkan untuk mempercepat rencana "pensiun" dari armada A380-nya.

Peningkatan utang

Seorang juru bicara Emirates mengatakan bahwa belum ada pengumuman publik yang dibuat oleh perusahaan mengenai "redundansi di maskapai".

Akan tetapi, perusahaan sedang melakukan peninjauan biaya dan sumber daya terhadap proyeksi bisnis.

"Keputusan apa pun akan dikomunikasikan dengan cara yang sesuai. Seperti halnya bisnis yang bertanggung jawab, tim eksekutif kami telah mengarahkan semua departemen untuk melakukan peninjauan menyeluruh atas biaya dan sumber daya terhadap proyeksi bisnis," kata juru bicara itu.

Pada awal bulan ini, Emirates telah mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan utang untuk membantu pembiayaan perusahaan di tengah pandemi Covid-19.

Mereka juga mungkin akan mengambil tindakan lebih keras untuk menghadapi bulan-bulan paling sulit dalam sejarahnya.

Menurut perusahaan itu, pemulihanan dalam perjalanan setidaknya 18 bulan lagi.

Pemotongan gaji

Maskapai penerbangan yang bermarkas di Dubai itu telah menangguhkan penerbangan reguler sejak Maret lalu, akibat permintaan perjalanan global terus merosot.

Halaman
12