Salah satu daerah dan yang pertama kedatangan sapi perah impor adalah kawasan Lembang, Bandung. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhkan pangan orang Eropa saat itu.
Awalnya susu ditujukan hanya untuk dikonsumsi oleh bangsa Eropa bukan untuk kaum pribumi.
Bangsa Belanda gencar memproduksi susu agar kebutuhan pangan serta gizi orang Belanda di Indonesia kala itu tercukupi.
Orang Indonesia mulai mengonsumsi susu pada masa abad ke-19 dan 20. Pada masa tersebut orang Indonesia, orang Jawa, orang Melayu, atau penduduk asli di wilayah jajahan Belanda, mulai meniru kebiasaan orang Belanda yang mengonsumsi susu.
Sehingga banyak orang Indonesia dari kalangan menengah ke atas, seperti kaum priayi, atau mereka yang memiliki latar pendidikan dan bisa membaca serta menerima informasi dari bahasa Belanda, perlahan mengetahui jika susu memiliki banyak kandungan gizi.
Bukan hanya susu, orang Indonesia dari kaum priayi, kaum terpelajar, dan masyarakat menengah ke atas juga mengonsumsi makanan yang merupakan olahan dari susu, misalnya keju dan mentega.
Golongan priayi atau bangsawan dan kaum terpelajar juga sengaja mengonsumsi bahan makanan yang berbahan dasar susu untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Daya tarik untuk mengonsumsi susu dan produk olahan susu juga berasal dari iklan yang sebarkan lewat media massa saat itu.
Iklan-iklan susu dan produk olahan dari susu dikemas dengan sangat menarik.
"Iklan-iklan dalam koran dan masalah ikut mempropagandakan untuk minum susu. Ketika industri periklanan sudah makin berkembang di masa akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, salah satu yang dipropagandakan dan sering dilontarkan ke media masa adalah dorongan masyarakat untuk minum susu," pungkas Fadly.
Pada saat itu sapi perah yang diimpor dari luar Hindia Belanda dimanfaatkan susunya dan disalurkan ke beberapa daerah di Hindia Belanda.
Hingga sekarang susu telah menjadi minuman atau bahan pangan orang Indonesia sehari-hari.
Namun, saat ini tingkat konsumsi susu di Indonesia rendah dan tidak setinggi di negara tetangga seperi Singapura dan Malaysia.
Fadly mengungkapkan populasi sapi perah di Indonesia pun tidak sebanyak negara lainnya seperi Jepang, yang pada dasarnya memiliki wilayah geografis lebih kecil dibanding Indonesia.
“Artinya memang setelah masa kolonial, perkembangan susu sapi perah di Indonesia tidak berkembang pesat,” kata Fadly.
• 5 Olahan Susu untuk Buka Puasa, Ada Pancake hingga Wedang Kembang Tahu
• 6 Fakta Unik Keju, Olahan Susu yang Selalu Buat Makanan Semakin Lezat
• 6 Oleh-oleh Khas Boyolali dari Olahan Susu dan Daging Sapi, Ada Keju hingga Abon
• Viral di Medsos, Nasi Ayam Geprek dengan Oreo dan Susu Kental Manis
• Rekomendasi 5 Kopi Susu Enak di Jakarta Selatan, Mampir ke Ruang Setara
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul Sejarah Susu di Indonesia, Dulu Dianggap Darah Putih