Usai seluruh dana terkumpul, sebanyak 450 pengrajin dan seniman diajak untuk membangun masjid hanya dalam waktu empat tahun.
Gaya arsitektur yang unik
Masjid Raya Paris memiliki gaya arsitektur layaknya tembikar Hispano-Moresque dan didominasi oleh sebuah menara masjid setinggi 33 meter.
Mengutip Discoverwalks.com, menara tersebut terinspirasi dari menara milik Masjid Al-Zaytuna di Tunisia.
Teras milik masjid yang menutupi lahan seluas 7.500 meter persegi tersebut dikelilingi oleh arkade yang dipahat mirip seperti kompleks istana Alhambra di Granada, Spanyol.
Ruang salat masjid tersebut memiliki dekorasi yang rumit, dan karpet yang luar biasa.
Mengutip Mosqpedia.org, masjid tersebut terinsipari dari gaya arsitektur Spanyol-Moor.
Konon katanya, Universitas al-Qarawiyyin di Fes, Moroko merupakan model dari bangunan masjid tersebut.
Gaya arsitekturnya yang unik mungkin akan mengingatkanmu pada Istana Alcazar Sevilla di Kota Sevilla.
Sebab, keduanya sama-sama memiliki model bangunan yang besar dan dihiasi oleh panel dan mosaik yang rumit.
Dalam pembuatan dekorasi yang rumit, banyak pengrajin asal Afrika Utara dipekerjakan untuk membuatnya dengan bahan-bahan bangunan tradisional.
Pada 12 Desember 2011, masjid melalui tahap renovasi dengan penambahan atap yang bisa dibuka dan ditutup (retractable) yang berada di atas teras besar yang menghadap ke ruang salat.
Penambahan atap tersebut merupakan sebuah proyek yang sudah lama dinanti-nanti guna melindungi para jemaat dari cuaca buruk.
Tidak hanya dijadikan sebagai tempat beribadah
Kendati biasanya masjid dijadikan sebagai tempat beribadah, namun Masjid Raya Paris, mengutip laman resmi Paris Convention and Visitors Bureau, juga merupakan tempat untuk bersantai.