Saat itu Jakarta sebagai ibukota Indonesia tampil menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat.
Saat itu sistem pemerintahan Indonesia tersentral di sana dan ibukota negara melesat dengan berbagai kemajuannya dibandingkan kota-kota lain di Tanah Air.
Lebih dari 80 persen para urbanis datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja.
Momentum inilah yang dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman.
Hal ini terus berlanjut dan semakin berakar ketika banyak urbanis yang mencoba peruntungannya di kota.
Tidak hanya di Jakarta, tradisi perpindahan penduduk dari desa ke kota juga terjadi di ibukota provinsi lainnya di Indonesia.
Terlebih dengan diterapkan otonomi daerah pada tahun 2000, maka orang semakin banyak mencari peruntungan di kota.
Sama seperti di Jakarta, mereka yang bekerja di kota bisa pulang ke kampung halaman pada saat liburan panjang lebaran.
Sehingga momentum ini meluas dan terlihat begitu berkembang menjadi sebuah fenomena.
Mudik dinilai menjadi jalan untuk mencari berkah karena bisa silaturahmi dengan keluarga, kerabat dan tetangga.
Kegiatan ini juga menjadi pengingat asal usul daerah bagi mereka yang merantau.
Tradisi mudik bagi perantau di ibu kota juga bertujuan menunjukkan eksistensi keberhasilannya.
Selain itu, juga ajang berbagi kepada sanak saudara yang telah lama ditinggal untuk ikut merasakan keberhasilannya dalam merantau.
• Mudik Tetap Dilarang, Kemenhub Dukung dan Tindaklanjuti Surat Edaran Gugus Tugas
• Jenis Kendaraan yang Masih Diizinkan Beroperasi Selama Pengendalian Mudik Lebaran 2020
• Fakta Unik Teh Putih, Teh Termahal di Dunia yang Berasal dari Indonesia
• Kafe Kucing di Bangkok Kembali Dibuka dan Layani Pelanggan Usai Pandemi Covid-19
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)