Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sebelum Pandemi Covid-19, China Pernah Bayar Warganya untuk Ternak Tikus Bambu

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tikus bambu.

Video tersebut menginspirasi sebuah negara dan menjadi tren di Weibo '100 alasan untuk makan tikus bambu'.

Meningkatnya popularitas juga membuat nilainya melambung, di mana sepasang tikus bambu dijual dengan harga setara dengan 113 yuan (Rp 249 ribu).

Ketika Partai Komunis yang berkuasa mengerem pasar hewan liar di China, diperkirakan ada sekitar 25 juta tikus bambu yang dipelihara untuk dikonsumsi.

Menurut laporan China News Weekly, daerah di China yang memelihara lebih dari 18 juta tikus bambu berada di Guangzi.

Satu bulan sebelum industri berhenti, Dr Zhong Nanshan, ahli epidemiologi terkemuka China, memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 itu mungkin terkait dengan tikus atau musang bambu.

Namun hingga saat ini belum ada bukti konkret yang menjelaskan bahwa tikus bambu menjadi penyebab munculnya virus Corona.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, Kantor Penanggulangan Kemiskinan Guangxi telah meminta petani untuk menaikkan produksi tikus bambu.

Harga tikus bambu ini pun naik menjadi 120 yuan (Rp 264 ribu) jauh lebih mahal dibandingkan harga ayam yang hanya 15 yuan (Rp 33 ribu).

Diperkirakan  ada sebanyak 20.000 orang di China yang keluar dari garis kemiskinan dengan memelihara tikus bambu.

6 Benda Ini Sering Dikira Ditemukan Pertama Kali di Amerika Serikat, Cek Faktanya

Melihat 7 Keajaiban Dunia Lewat Tur Virtual, Ada Petra hingga Tembok Besar China

3 Kapal Pesiar Terakhir yang Masih Berlayar Saat Pandemi Covid-19 Akhirnya Bersandar

Kembali dari Ruang Angkasa, Astronot Ini Terkejut Lihat Kondisi Bumi yang Berbeda Akibat Covid-19

Sempat Dibuka, 600 Bioskop di Tiongkok Tutup Lagi Karena Khawatir Gelombang Kedua Virus Corona

(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)