Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Cagar Alam Gunung Gamping, Destinasi untuk Mengenal Sejarah Keraton Yogyakarta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu bekas batuan gamping di Cagar Alam Gunung Gamping.

TRIBUNTRAVEL.COM - Cagar Alam Gunung Gamping menjadi satu bagian tak terpisahkan dari sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta.

Cagar alam ini berada di Jl. Rajimin, Tridadi, Sleman berjarak sekitar empat kilometer dari pusat Kota Yogyakarta.

Hingga kini, Cagar Alam Gunung Gamping berada di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta.

Meski bernama Gunung Gamping bukan lantas objek wisata satu ini berupa hamparan pegunungan gamping yang luas.

Gunung Gamping hanya menyisakan bongkahan besar batu gamping dengan diameter kurang lebih 50 meter dengan ketinggian 10 meter. 

Meski luasnya hanya sekitar satu hektar, keberadaan Cagar Alam Gunung Gamping sebagai kawasan konservasi sangatlah penting.

Panduan Liburan ke Yogyakarta dengan Budget Rp 2 Juta, Sudah Termasuk Tiket Pesawat PP

Salah satunya, untuk mengetahui sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta dan kehidupan masyarakat saat itu. 

Pintu masuk Cagar Alam Gunung Gamping. (Tribun Jogja / Yudha Kristiawan)

Berada di dalam area objek wisata,  udara terasa begitu sejuk karena dikelilingi banyak pohon perindang.

Salah satunya keberadaan pohon perindang bernama Preh atau memiliki nama latin Ficus Retusa ini.

Sugito, penduduk setempat yang diperbantukan oleh BKSDA untuk turut menjaga objek wisata ini.

Ia pun bercerita soal mengapa Gunung Gamping hanya menyisakan bongkahan batu seperti saat ini.

Yaitu, disebabkan oleh aktivitas penambangan besar-besaran untuk produksi kapur pada era Hindia Belanda sekitar tahun 1800. 

Tidak ada kepastian sejak kapan aktivitas penambangan besar besaran gamping ini berlangsung.

Tonton juga:

Namun fakta sejarah mencatat, sekira tahun 1800 tersebut, berkembangnya industri gula di Yogyakarta disinyalir menjadi penyebab utama.

Halaman
123