Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Cerita Tradisi Kuping Panjang Suku Dayak yang Kini Tak Dilanjutkan Generasi Baru

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tipung Ping (baju motif bunga merah) dan Kristina Yeq Lawing (baju biru) perempuan Dayak dengan cuping telinga panjang

Para petugas kesehatan mengatakan memakai banyak anting di cuping tidak bagus untuk kesehatan.

Bukan tanpa usaha, Kristina dan Tipung mengaku sudah mencoba membujuk anak-cucu mereka.

Namun, sang anak-cucu menolak dengan alasan zaman sudah moderan, juga malu jika telinganya panjang.

"Saya suka bujuk cucu tapi mereka enggak mau bikin. Bilangnya, sudah modern," kata Kristina.

Di sisi lain, Kristina dan Tipung sendiri pernah dibujuk oleh seorang mantri untuk memotong telinga panjang mereka.

Hal itu diungkapkan demi alasan kesehatan dan memudahkan aktivitas.

Namun Kristina dan Tipung menolak bujukan mantri tersebut.

Mereka memilih untuk tetap mempertahankan tradisi cuping panjang yang sudah mereka lakukan sejak kecil.

Telinga Sudah Dilubangi Sejak Usia 3 Tahun

Kristina menceritakan jika tradisi Kuping panjang bukan hanya untuk perempuan.

Laki-laki di suku Dayak juga memanjangkan cuping telinga mereka sebagai simbol kegagahan. "Maknanya sama. Laki-laki akan terlibat lebih gagah jika telinga panjang," kata Kristina.

Ia sendiri mulai melakukannya sejak usia 3 tahun.

Ia bercerita jika sang ibulah yang melubangi telinganya menggunakan kayu lalu diikat kain hitam.

Setelah lukanya sembuh, lubang tekungan diberi satu anting.

Semakin bertambah usia, maka jumlah anting yang digunakan juga akan bertambah.

Halaman
123